Sabtu, 02 November 2019 07:02

Menghemat Demi Biaya Berobat Adiknya, Gadis 24 Tahun Ini Kekurangan Gizi

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Wu Huayuan kekurangan gizi dengan menghemat untuk biaya berobat adiknya.
Wu Huayuan kekurangan gizi dengan menghemat untuk biaya berobat adiknya.

Ini kisah mengharukan. Demi biaya pengobatan adik laki-lakinya, seorang gadis di Tiongkok rela menghemat untuk makanan. Dia hanya menghabiskan 2 yuan (Rp4000) untuk makanan dalam sehari.

RAKYATKU.COM, TIONGKOK - Ini kisah mengharukan. Demi biaya pengobatan adik laki-lakinya, seorang gadis di Tiongkok rela menghemat untuk makanan. Dia hanya menghabiskan 2 yuan (Rp4000) untuk makanan dalam sehari.

Gadis itu berusia 24 tahun. Dia tinggal dengan adik laki-lakinya di Tiongkok. Keduanya yatim piatu, setelah orangtuanya meninggal ketika mereka masih muda, dan mereka harus berjuang sendiri. 

Mereka tidak memiliki penghasilan. Ibu mereka meninggal ketika gadis itu, Wu Huayuan, baru berusia empat tahun. Dan ayah menyusul ibu mereka, meninggal pada 2014 karena sirosis.

Menurut HK01, Wu harus memikul beban keluarga, setelah ayahnya meninggal. Dia dan adiknya harus bertahan hidup dengan hanya 1.290 yuan (Rp2,5 juta) sebulan. Untuk menghemat uang, dia tidak mau sarapan dan hanya makan roti untuk makan siang dan makan malam. Atau bahkan hanya nasi putih dengan saus cabai. Pasalnya, dia membatasi dirinya hanya boleh menghabiskan 2 yuan (Rp4 ribu) sehari untuk makanannya. 

Dia melakukan ini, karena adik laki-lakinya menderita penyakit mental, dan dia perlu menghemat uang untuk perawatannya. Kerabatnya juga miskin. Meskipun usianya sudah 24 tahun, ia terlihat seperti anak kecil, karena kekurangan gizi. Wu hanya memiliki berat 21 kg dan tinggi 135 cm, kehilangan rambutnya dan tidak memiliki alis karena tubuhnya yang kurus tidak memiliki nutrisi yang cukup.

Dia sering jatuh sakit, tetapi tidak ingin menghabiskan uang untuk mengobati dirinya sendiri. Jadi dia hanya akan membeli obat murah, karena dia harus mengumpulkan 5.000 yuan (Rp10 juta) untuk perawatan saudaranya. 

Untungnya, setelah satu tahun perawatan, penyakit mental adiknya dapat dikendalikan. Meskipun dia miskin, Wu tidak menyerah pada mimpinya dan sangat ambisius.

Dia berhasil mendapatkan pinjaman beasiswa untuk belajar di sebuah universitas di Guizhou, dan saat ini berada di tahun ketiga belajar ekonomi. Namun, pinjaman itu tidak cukup untuk menutupi pengeluarannya, dan dia bekerja dua pekerjaan untuk mendapatkan lebih banyak uang; sebagai asisten pembersih dan pengajar di mana dia dibayar 600 yuan (Rp1 juta) setiap bulan.

Nasib Wu akhirnya disorot, ketika kesehatannya memburuk, karena dia merasa sulit berjalan sejauh 40 meter. Dia dirawat di rumah sakit. Para dokter mengatakan, dia memiliki masalah jantung, karena kekurangan gizi yang parah dan akan membutuhkan pembedahan untuk memperbaikinya. Tetapi akan menelan biaya 200.000 yuan (Rp399 juta). 

Wu menolak menjalani operasi, karena dia tidak memiliki uang. Tetapi teman-teman dan kerabatnya bertekad, bahwa dia harus melakukannya untuk menyelamatkan hidupnya. 

Mereka memulai upaya mengumpulkan donasi untuknya dan kisahnya menjadi viral. Banyak menyumbangkan uang untuk membantu Wu. Dia bersyukur atas bantuannya dan adiknya bertekad untuk melakukan bagiannya juga. 

Dia bertekad akan menemukan pekerjaan dan mendapatkan uang untuk membantu biaya pengobatan kakak perempuannya itu.