Selasa, 29 Oktober 2019 14:46

Balita Temani Jasad Ibunya 3 Hari, Caranya Bertahan Hidup Masih Misteri 

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Wagub Sulsel saat menjenguk EA.
Wagub Sulsel saat menjenguk EA.

Cara bertahan hidup EA, balita berumur dua tahun yang memeluk dan menemani jasad ibunya yang sudah membusuk selama tiga hari, masih menjadi misteri. 

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Cara bertahan hidup EA, balita berumur dua tahun yang memeluk dan menemani jasad ibunya yang sudah membusuk selama tiga hari, masih menjadi misteri. 

Dokpol Polda Sulsel maupun dokter yang menangani EA di rumah sakit Bhayangkara, belum berhasil mengungkap cara EA untuk bertahan hidup selama tiga hari ditinggal ibunya untuk selamanya. 

Pasalnya, EA baru berumur 2 tahun. Ia masih tergolong balita yang belum tahu caranya membuat sebuah makanan yang bisa dimakan. Apalagi, selama tiga hari tersebut, ia berada di dalam kamar tertutup bersama jasad ibunya. 

Untuk bisa bertahan hidup, ia masih membutuhkan bantuan orang lain. Namun, yang masih menjadi pertanyaan tentang bagaimana cara ia bertahan hidup. 

Kepala rumah sakit Bhayangkara Makassar Kombes Pol dr Farid Amansyah mengatakan, pihaknya belum mengetahui cara balita tersebut bisa bertahan dan tidak mengalami dehidrasi. 

"Secara manusia butuh minuman 1 X 24 jam untuk tidak kekurangan cairan dan tidak dehidrasi, dan anak ini saat ditemukan tidak ada tanda-tanda dehidrasi," ujar Kombes Pol dr Farid Amansyah kepada Rakyatku.com. 

Hal itu membuat para dokter termasuk Karumkit RS Bhayangkara merasa heran. Sebab saat ditemukan, tidak ada tanda-tanda loyo atau merasa kehausan, bahkan langsung berdiri mendekati polisi. 

"Termasuk kita mengherankan lah dia masih baik, tidak sakit walaupun hidup bersama mayat. Mayat itu membusuk jika sudah lebih dari dua hari. Yah anak itu cukup kuat juga. karena tidak ada tanda-tanda dehidrasi," paparnya. 

Namun, ia menduga di dalam kamar tersebut ada tersedia minuman sebelum ibunya meninggal. Minuman atau air tersebut yang diminum anak itu, sehingga dia tidak kekurangan cairan. 

"Alasan paling ilmiah ada tersedia minuman di situ. Naluri manusia atau makhluk hidup, kalau dia butuh minuman dia cari air di sekitar dan dia minum, karena logikanya dia pasti haus," tutupnya.