Senin, 28 Oktober 2019 18:37

Asap Hitam Selimuti Perbatasan Gowa-Makassar, Tiga Truk Blokade Jalan

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Mahasiswa membakar ban bekas dan memalang tiga buah truk di perbatasan Makassar-Gowa.
Mahasiswa membakar ban bekas dan memalang tiga buah truk di perbatasan Makassar-Gowa.

Senin, 28 Oktober 2019. Asap hitam mengepul di perbatasan Kota Makassar-Gowa. Tiga truk kontainer dipasang untuk memblokade jalan. Spanduk putih dibentangkan di antara dua truk.

RAKYATKU.COM, GOWA - Senin, 28 Oktober 2019. Asap hitam mengepul di perbatasan Kota Makassar-Gowa. Tiga truk kontainer dipasang untuk memblokade jalan. Spanduk putih dibentangkan di antara dua truk.

"Pemerintah dan Polri harus segera menyelesaikan kasus pembantaian, pemerkosaan, pembakaran di Wamena. Berikan jaminan keamanan bagi penduduk pendatang dan penduduk lokal di Wamena". Demikian bunyi tulisan di spanduk putih itu.

Sekitar enam demonstran naik ke atas kontainer. Mereka mengatasnamakan dirinya sebagai Gerakan Rakyat dan Mahasiswa Indonesia (Gerak Misi).

Mereka kembali menyuarakan aspirasinya terkait konflik yang terjadi di Wamena.

Massa tampak membakar beberapa ban bekas di tengah jalan. Selain itu, sebanyak tiga truk ditahan dan dijadikan sebagai tempat orasi oleh para mahasiswa.

Akibatnya, arus lalu lintas dari arah Kabupaten Gowa dan dari arah Jalan AP Pettarani menjadi macet. Ditambah lagi, asap hitam pekat menyelimuti sebagian lokasi aksi itu.

Jenderal Lapangan Muh Nurhidayat tak henti-hentinya kembali mengangkat isu terkait kerusuhan yang terjadi di Wamena, yang mengakibatkan warga Sulawesi Selatan menjadi korban hingga meninggal dunia.

Selain itu, lanjut Nurhidayat, aksi penembakan terhadap demonstrasi saat melakukan unjuk rasa, meminta ditangkap dan diadili melalui jalur hukum.

"Analisis berdasarkan hasil konsolidasi kami, penembakan dua mahasiswa di Kendari hingga tewas, pelakunya kini masih misterius. Selain itu, kami juga meminta kepada pemerintah untuk menjamin keamanan warga lokal dan warga pendatang di Wamena, dan mengungkap tindakan penembakan mahasiswa di Kendari itu," kata Hidayat.

Aksi mereka merupakan aksi yang kesekian kalinya ia lakukan di lokasi tersebut. Aparat kepolisian juga tampak berjaga-jaga di sekitar lokasi aksi.

Menurut Hidayat, kekerasan hingga pembantaian yang terjadi di wilayah timur Indonesia tersebut, tanpa rasa kemanusiaan. Dia mengatakan, anak-hingga lansia menjadi korban pembantaian di Wamena. Terutama bagi warga pendatang.

"Balita hingga lansia menjadi korban kerusuhan. Kami ingin pemerintah menindaklanjuti kerusuhan itu secepatnya. Berikan keamanan masyarakat Indonesia terutama warga Sulsel di Papua," sambungnya.

"Kami juga menuntut selamatkan generasi pemuda Indonesia. Kapolri harus tegas terhadap kasus ini. Amankan pendatang dan lokal di Wamena," tutup Hidayat.

Aksi mereka akan terus dilakukan hingga seluruh tuntutan mereka terpenuhi.