Selasa, 22 Oktober 2019 19:44

12.000 Militan ISIS Ditahan di 7 Penjara Kurdi di Suriah

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Pasukan Demokrat Suriah dan pasukan AS terlihat selama patroli di dekat perbatasan Turki di Hasakah, Suriah (File Foto: Reuters)
Pasukan Demokrat Suriah dan pasukan AS terlihat selama patroli di dekat perbatasan Turki di Hasakah, Suriah (File Foto: Reuters)

Pasukan Demokrat Suriah (SDF) mengumumkan bahwa sekitar 12.000 tersangka militan ISIS ditahan di tujuh penjara di timur laut Suriah.

RAKYATKU.COM - Pasukan Demokrat Suriah (SDF) mengumumkan bahwa sekitar 12.000 tersangka militan ISIS ditahan di tujuh penjara di timur laut Suriah.

Dari angka itu, diperkirakan bahwa 4.000 di antaranya berasal dari Irak. Sekitar 2.000 adalah pejuang dari 50 negara yang berbeda, termasuk sekitar 800 dari Barat dan Eropa, serta 1.200 dari negara-negara Arab, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Sisanya adalah pejuang dari Suriah.

Keluarga-keluarga ekstremis juga berada di kamp-kamp pengungsian dan suaka di Suriah timur laut, terutama kamp al-Hol yang menampung ribuan keluarga ISIS.

SDF khawatir bahwa jika seluruh wilayah di bawah kendalinya diserang oleh Turki, maka para ekstrimis di pusat-pusat penahanan akan melarikan diri.

Dalam sebuah wawancara dengan media Kurdi, komandan SDF, Mazloum Abdi mengumumkan bahwa SDF akan memutuskan nasib tahanan ISIS, bukan Turki atau rezim Suriah.

“Kami adalah orang yang menangkap mereka, dan mereka bersama kami. Kami akan memutuskan (nasib mereka),” katanya.

Amerika Serikat dan pemerintahan otonom Kurdi telah berulang kali meminta negara-negara yang bersangkutan untuk mengambil kembali warganya dan menuntut mereka di negaranya.

Abdi menunjukkan bahwa jika negara-negara tersebut tertarik pada nasib anggota ISIS yang berasal dari negara mereka dan menganggap mereka sebagai ancaman, mereka harus berkomunikasi dengan SDF untuk mencapai kesepakatan.

"Kami siap membantu siapa pun yang ingin bekerja sama dengan kami, tetapi kami menolak untuk membahas nasib [pejuang ISIS] dari negara-negara yang menolak untuk bekerja sama dengan kami."

Pada bulan April, 18 anak-anak dikembalikan ke Prancis, 16 pejuang dan anak-anak dikembalikan ke Amerika Serikat, dan 8 anak dikirim kembali ke Australia.

Juga, 10 orang, termasuk 6 anak yatim piatu dikembalikan ke Jerman, 7 ke Swedia, dan 5 ke Norwegia.