RAKYATKU.COM, KOREA - Bepergian ke negara asing, dapat menjadi pengalaman yang luar biasa dan bermanfaat. Tetapi, pada saat yang sama, juga bisa menakutkan berada di negara yang kita tidak tahu bahasanya.
Ini mungkin yang melintas di benak keenam sahabat ini, yang pergi ke Korea untuk berlibur. Suatu hari, mereka didekati oleh dua mahasiswa Korea, yang menawarkan mereka mempelajari budaya asli Korea di universitas setempat.
"Mereka mengatakan, bahwa mereka adalah mahasiswa yang memiliki acara yang memperkenalkan budaya Korea di Universitas Seoul," ujar salah satu turis Malaysia.
Awalnya, mereka ragu karena mereka memiliki rencana sendiri untuk menyewa Hanboks siang itu. Namun, ketika penduduk setempat mengatakan kepada mereka, bahwa mereka akan merangkul budaya Korea dan mendapatkan Hanboks gratis, mereka langsung setuju.
Dalam perjalanan mereka ke universitas, salah satu dari turis itu mengambil foto para mahasiswa, dan ini membuat mereka marah. Ini menimbulkan kecurigaan salah satu turis. Menurut salah seorang turis, Khairin, para mahasiswa berusaha menghindari kamera dan menyembunyikan wajah mereka.
Namun, alih-alih ke universitas, Khairin dan temannya dibawa ke pusat komunitas dan diberi Hanboks yang secara khusus digunakan untuk tujuan keagamaan. Mereka diminta menuliskan nama mereka di selembar kertas dan diajari cara berlutut dan memberi hormat.
Untung saja, mereka menulis nama-nama palsu sebelum pergi ke aula.
"Ada seorang pendeta di dalam ruangan dengan seorang gadis dan turis lain di sana seperti kita," ungkap Khairin.
"Ketika pastor membaca mantra-nya, kami diharapkan untuk sujud. Kami bahkan tidak bisa bicara! Imam akan memarahi kami!" tambah Khairin.
Setelah mereka selesai dengan demo, para wisatawan ini diminta meniru gerakan para pemimpin agama mereka. Tetapi sebagai Muslim, Khairin mengatakan kepada para mahasiswa itu, bahwa mereka tidak diperbolehkan melakukan itu karena dilarang dalam agama mereka.
Mereka bahkan diminta untuk memakan buah-buah yang disimpan para imam untuk persembahan, tetapi mereka tidak memakannya.
Kemudian, para mahasiswa mengemukakan bahwa mereka sedang mengerjakan cerita komunitas, dan mencoba meminta sumbangan. Khairin dan temannya memberi mereka 1.000 won (Rp13 ribu).
Mereka bilang tidak cukup, tetapi Khairin mengatakan bahwa mereka tidak punya banyak uang. Khairin menambahkan, dia bersyukur mereka tidak terluka ketika mereka pergi untuk mengambil tas mereka dan lari ke stasiun kereta.