Minggu, 20 Oktober 2019 08:27

Presiden Turki Bersumpah untuk Menghancurkan Kepala Para Pejuang Kurdi

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Turki akan "menghancurkan kepala" pejuang Kurdi jika mereka tidak mundur dari zona aman di Suriah utara.

RAKYATKU.COM, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Turki akan "menghancurkan kepala" pejuang Kurdi jika mereka tidak mundur dari zona aman yang direncanakan di wilayah Suriah utara.

Berbicara di sebuah acara televisi pada hari Sabtu, Erdogan mengatakan bahwa jika pejuang Kurdi tidak menarik diri pada Selasa malam, seperti yang disepakati dalam gencatan senjata, maka "kami akan terus menghancurkan kepala para teroris."

Ankara memandang pasukan Kurdi sebagai teroris dan ingin menciptakan "zona aman" di dalam wilayah Suriah.

Pada hari Kamis, Turki sepakat untuk melakukan gencatan senjata selama lima hari untuk memungkinkan Kurdi mundur dari daerah perbatasan.

Meskipun gencatan senjata sementara berlaku, beberapa kekerasan sporadis terus berlanjut, khususnya di sekitar kota perbatasan Ras Al-Ain.

Kementerian pertahanan Turki sebelumnya menuduh pasukan Kurdi melakukan 14 serangan "provokatif" dalam 36 jam terakhir, di Ras Al-Ain.

Namun, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi menuduh Turki melanggar gencatan senjata.

Mereka juga menuduh pasukan Turki gagal menciptakan koridor yang aman untuk evakuasi warga sipil dan melukai orang-orang dari kota yang dikepung.

Pasukan Turki pertama kali meluncurkan serangan mereka pada 9 Oktober, setelah AS mengumumkan akan menarikan pasukannya dari wilayah perbatasan Suriah-Turki.

Rencana Turki adalah untuk membersihkan para pejuang Kurdi dari zona yang membentang lebih dari 30 km ke Suriah.

Mereka juga berencana untuk memukimkan kembali hingga dua juta pengungsi Suriah, yang saat ini berada di wilayahnya.

Namun selama operasi 10 hari itu, sekitar 160.000 hingga 300.000 orang dilaporkan telah meninggalkan rumah mereka.