Minggu, 06 Oktober 2019 03:30

1 Wanita Diisolasi, Wabah Ebola Hantui Hongkong

Andi Chaerul Fadli
Konten Redaksi Rakyatku.Com
1 Wanita Diisolasi, Wabah Ebola Hantui Hongkong

Kekhawatiran wabah Ebola telah melanda Hong Kong setelah seorang wanita dimasukkan ke dalam ruang isolasi. Wanita itu telah ke dokter dengan mengeluhkan pusing, demam, muntah dan diare.

RAKYATKU.COM - Kekhawatiran wabah Ebola telah melanda Hong Kong setelah seorang wanita dimasukkan ke dalam ruang isolasi. Wanita itu telah ke dokter dengan mengeluhkan pusing, demam, muntah dan diare.

Pasien wanita berusia 54 tahun itu mengalami sakit kepala, pusing, demam, muntah, dan diare kemarin yang memicu kekhawatiran wabah besar, dikutip dari Daily Star, Minggu (6/10/2019).

Ketakutan para dokter terungkap ketika terungkap bahwa dia telah melakukan perjalanan ke Kinshasa, ibukota Republik Demokratik Kongo dari 27 Mei hingga 14 September 2019.

Mereka mengonfirmasi bahwa dia tidak memiliki kontak dengan orang sakit, juga tidak pernah mengunjungi fasilitas perawatan kesehatan dan provinsi yang terkena dampak tetapi segera diisolasi saat tes dilakukan.

Teman perjalanan dan teman-teman serta keluarganya di rumah di Hong Kong sejauh ini tidak memiliki gejala.

Seorang juru bicara Pusat Perlindungan Kesehatan mengatakan: "Setelah pemberitahuan, kami segera memulai penyelidikan epidemiologis dan spesimen darah pasien diperoleh untuk pengujian laboratorium.

"Spesimen darahnya negatif untuk virus Ebola setelah pengujian di laboratorium."

Tetapi dokter memperingatkan wanita itu belum keluar dari hutan.

"Sesuai dengan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tes darah ulang akan dilakukan untuk pasien dua hari kemudian untuk mengesampingkan [Ebola]," kata juru bicara itu.

Kasus baru yang potensial kemungkinan akan meningkatkan ketakutan lebih lanjut karena para ahli meningkatkan kekhawatiran akan merebaknya wabah dari Kongo ke negara-negara tetangga.

Uganda melaporkan kasus Ebola lain pada bulan Agustus, seorang gadis berusia sembilan tahun yang telah melintasi perbatasan dari Republik Demokratik Kongo, tempat penyakit hemoragik telah menewaskan sedikitnya 1.800 dalam wabah selama setahun.

Pada bulan Juni, dua orang yang telah melakukan perjalanan dari Kongo meninggal di Uganda sementara yang ketiga yang merupakan bagian dari keluarga tamu yang sama meninggal setelah ia dipulangkan ke rumah.

Uganda sebelumnya telah menderita beberapa kali wabah Ebola tetapi kematiannya tetap rendah sebagian karena diagnosis cepat dan mekanisme respon cepat.