Selasa, 24 September 2019 14:11

"Benar, Seratus persen", Pengakuan Patrick Ryan dalam Upaya Pembunuhan Mantan PM Inggris

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Patrick Ryan. (Foto: BBC)
Patrick Ryan. (Foto: BBC)

Seorang mantan pastor yang membantu mempersenjatai kelompok Tentara Republik Irlandia (IRA) mengakui keterlibatannya dalam sejumlah serangan bom

RAKYATKU.COM - Seorang mantan pastor yang membantu mempersenjatai kelompok Tentara Republik Irlandia (IRA) mengakui keterlibatannya dalam sejumlah serangan bom, termasuk yang menyasar mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher, pada 1984.

Pengakuan Patrick Ryan, yang pernah menjadi pastor, terungkap dalam wawancara dengan BBC Northern Ireland. Thatcher pernah menyebut Ryan memiliki "kepakaran tentang bom".

Ditanya apakah Thatcher benar ketika menghubungkan dirinya dengan peristiwa seperti bom Brighton, Ryan menjawab: "Benar. Seratus persen."

Lima orang tewas ketika bom IRA meledak di dalam Grand Hotel, tempat Partai Konservatif pimpinan Margaret Thatcher menggelar konferensi tahunan. Sang perdana menteri selamat dari serangan yang terjadi pada 12 Oktober 1984 itu.

Episode tiga Spotlight on the Troubles: A Secret History membahas peran kunci Ryan dalam pengiriman senjata IRA dari Libia.

Dalam program televisi tersebut, ia mengaku berperan dalam memberikan organisasi tersebut sejenis unit pengatur waktu yang mereka gunakan untuk meledakkan bom.

Ketika ditanya apakah ia menyimpan penyesalan, Ryan berkata: "Saya menyesal karena saya tidak lebih efektif, tentu saja."

"Saya ingin jauh lebih efektif, tetapi kami melakukannya dengan cukup baik."

Ryan pernah terjebak dalam perseteruan ekstradisi setelah ditangkap dengan uang tunai dan bahan-bahan pembuat bom di Belgia pada 1988.

Setelah Ryan dipulangkan ke Irlandia, negara itu menolak mengekstradisinya ke Inggris karena yakin ia tidak akan mendapatkan pengadilan yang adil.

Mereka yang tewas dalam bom Brighton adalah anggota parlemen Anthony Berry, Roberta Wakeham, Eric Taylor, Muriel Maclean, dan Jeanne Shattock.

Banyak orang lain terluka termasuk Norman Tebbit dan istrinya.

Tebbit yang saat itu menjabat menteri perdagangan dan istrinya Margaret sedang berbaring di ranjang ketika langit-langit kamar mereka runtuh. Tubuh Nyonya Tebbit masih lumpuh hingga hari ini.

Patrick Magee, yang memasang bom tersebut, kemudian dijatuhi delapan hukuman seumur hidup, tujuh di antaranya terkait dengan pengeboman itu.

Empat anggota "unit layanan aktif" IRA juga dipenjara karena terlibat dalam rencana pengeboman.

Magee dibebaskan berdasarkan Persetujuan Jumat Agung pada 1999.

Sumber: BBC Indonesia