Selasa, 24 September 2019 09:01

Perempuan Korban Pelecehan Seksual Ciptakan Ribuan kepribadian agar Dapat Bertahan dari Siksaan Ayah

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Jeni Hayes. (Foto: BBC)
Jeni Hayes. (Foto: BBC)

Ketika masih anak-anak, Jeni Hayes, berulang kali diperkosa dan disiksa ayahnya, Richard Haynes. Untuk mengatasi pelecehan ini dia menciptakan ribuan.

RAKYATKU.COM - Ketika masih anak-anak, Jeni Hayes, berulang kali diperkosa dan disiksa ayahnya, Richard Haynes. Untuk mengatasi pelecehan ini dia menciptakan ribuan kepribadian berbeda.

Jeni menuntut ayahnya di pengadilan Australia pada sebuah kasus yang dikatakan polisi sebagai peristiwa pelecehan anak yang terburuk dalam sejarah negara itu.

"Saya memasuki ruang pengadilan, saya duduk, saya disumpah, dan beberapa jam kemudian saya kembali ke tubuh saya dan melangkah keluar," kata Jeni kepada BBC.

Pada sidang yang dilakukan pada Maret itu, Jeni menghadapi ayahnya dengan memberikan bukti lewat berbagai kepribadiannya, termasuk seorang anak perempuan berumur empat tahun bernama Symphony.

Ini diperkirakan adalah kasus pertama di negara itu dan kemungkinan juga di dunia, di mana korban dengan kelainan kepribadian memberikan kesaksian dan berhasil menghukum pelakunya.

Pada 6 September, Richard Haynes, 74 tahun dihukum penjara 45 tahun oleh pengadilan Sydney.

Perkosaan dan penyiksaan

Keluarga Haynes pindah dari Bexleyheath, London ke Australia pada 1974.

Jeni baru berumur empat tahun ketika ayahnya mulai melecehkannya. Di Sydney, tindakan sadis terhadap anak perempuannya dilakukan hampir setiap hari.

"Pelecehan yang dilakukan ayah saya direncanakan. Tindakan itu dilakukan secara sengaja dan dia menikmatinya," kata Jeni di depan pengadilan.

"Dia mendengar saya memohon agar dia berhenti, dia mendengar saya menangis, dia melihat saya kesakitan dan merasa diteror, dia melihat saya berdarah dan cedera. Dan keesokan harinya, dia melakukannya lagi."

Haynes juga mencuci otak Jeni dengan mengatakan dia dapat membaca pikirannya. Dia juga mengancam akan membunuh ibu, saudara laki-laki dan perempuannya.

Ayahnya juga membatasi pergaulannya di sekolah. Jeni menjadi pendiam dan mulai berpikir lewat syair lagu untuk bersembunyi.

Jeni juga tidak mendapatkan perawatan atas cedera karena pemukulan dan pelecehan seksual.

Pelecehan terus berlanjut sampai Jeni berumur 11 tahun, ketika keluarganya kembali ke Inggris. Orang tuanya kemudian bercerai pada 1984. Dia meyakini tidak seorang pun, termasuk ibunya, tidak mengetahui apa yang dialaminya.

Sekarang, di umur 49 tahun, Jeni mengalami cedera permanen pada mata, dagu, perut, anus, dan tulang tungging. Dia telah menjalani berbagai pembedahan untuk mengatasinya.

Ribuan kepribadian

Jeni menderita Gangguan Kepribadian Majemuk/Multiple Personality Disorder (MPD) atau disebut juga Gangguan Identitas Disosiatif/Dissociative Identity Disorder (DID).

Untuk mengatasi perkosaan dan penyiksaan, otaknya menggunakan taktik yang luar biasa, dengan menciptakan jati diri baru agar tidak merasakan rasa sakit.

Pelecehan yang dialaminya begitu ekstrem dan berulang-ulang sehingga pada akhirnya Jeni harus menciptakan 2.500 kepribadian yang berbeda-beda agar dapat bertahan hidup.

Para ahli mengatakan apa yang dialami adalah DID. Kelainan ini sangat terkait dengan pengalaman pelecehan ekstrem terhadap anak-anak pada situasi yang seharusnya memberikan perasaan aman.

"DID sebenarnya adalah strategi agar dapat bertahan," kata Dr Pam Stavropoulos ahli trauma yang dialami saat anak-anak kepada BBC.

"Ini adalah strategi yang sangat canggih dalam mengatasi masalah, yang sering kali dipandang sebagai cara yang ekstrem. Tetapi ini adalah reaksi terhadap pelecehan dan trauma ekstrem yang dialami anak."

Jeni mengatakan kepribadian yang pertama kali dirinya ciptakan adalah Symphony, anak perempuan berumur empat tahun, yang dia katakan, hidup dalam realitas waktu miliknya sendiri.

"Dia menderita setiap ayah menyiksa dan ketika dia menyiksa saya, anak perempuannya Jeni, dia sebenarnya menyiksa Symphony," kata Jeni.

Dengan berjalannya waktu, Symphony menciptakan berbagai kepribadian lain agar dapat bertahan. Setiap kepribadian tersebut memiliki peran tertentu dalam mengatasi pelecehan, apakah itu serangan tertentu yang menakutkan atau untuk memicu penglihatan dan bau tertentu.

-Muscles - remaja yang gayanya mirip artis Billy Idol. Dia bertubuh tinggi dan berpakaian untuk memamerkan otot lengannya. Sifatnya tenang dan suka melindungi.
-Volcano sangat tinggi dan kuat. Dia mengenakan pakaian kulit dari kepala sampai kaki. Rambutnya berwarna pirang.
-Linda/Maggot tinggi dan langsing, mengenakan rok tahun 1950-an dengan hiasan anjing poodle merah muda. Rambutnya diikat dan alis matanya lancip.
-Ricky berumur delapan tahun tetapi mengenakan setelan abu-abu tua. Rambutnya pendek berwarna merah terang.
-Judas pendek tubuhnya berambut merah. Dia memakai celana sekolah berwarna abu-abu. Dia selalu kelihatan sepertinya akan mengatakan sesuatu
-Rick memakai kacamata sangat besar - seperti yang biasa dipakai Richard Haynes.

Ratusan dakwaan
Pada Maret, Jeni diizinkan untuk memberikan kesaksian sebagai Symphony dan lima pribadi lainnya. Masing-masing ini mengalami bagian yang berbeda-beda dari pelecehan yang dilakukan Richard Haynes.

Pengadilan hanya didengar seorang hakim karena para pengacara memandang kasus ini akan membuat juri terlalu trauma.

Pada mulanya Haynes menghadapi 367 dakwaan, di antaranya sejumlah tindak perkosaan, seks anal dan serangan fisik.

Jeni, lewat berbagai kepribadiannya, dapat memberikan bukti rinci dari setiap pelanggaran. Jati diri yang berbeda memungkinkannya menyimpan ingatan yang dapat saja terlupakan karena trauma yang dialami.

Jaksa juga menyediakan sejumlah psikolog dengan keahlian beragam, disamping ahli DID.

Pada hari kedua persidangan, ayahnya mengaku bersalah telah melakukan 25 pelanggaran.

"MPD menyelamatkan jiwa saya"

"Ini adalah kasus penting karena untuk pertama kalinya kesaksian dari berbagai pribadi penderita DID diakui sistem pengadilan sehingga pelaku dapat dihukum," kata Dr Cathy Kezelman, presiden Blue Knot Foundation, organisasi Australia yang membantu korban yang selamat dari trauma anak-anak.

Jeni pertama kali melaporkan pelecehan pada tahun 2009. Dan diperlukan waktu selama 10 tahun sebelum penyelidikan polisi akhirnya berujung pada vonis penjara bagi Richard Haynes.

Dia diekstradisi dari Darlington, Inggris timur laut pada tahun 2017, tempat di mana dirinya dipenjara karena kejahatan lain.

Richard hidup di antara keluarga besar Jeni, dan mengatakan anak perempuan itu adalah pembohong.

Sejak mengetahui pelecehan yang dialami Jeni, ibunya menjadi salah satu pendukung kuatnya dalam menuntut keadilan.

Selama berpuluh tahun Jeni berjuang untuk mendapatkan bantuan mengatasi trauma, karena para konselor dan terapis menolaknya karena mereka tidak mempercayai ceritanya, atau mereka mengalami trauma karena tidak mampu menanganinya.

Meskipun sekarang telah diterima secara luas dan dipandang sebagai diagnosa berdasarkan bukti, DID pada umumnya dipertanyakan orang umum dan bahakan oleh sejumlah kalangan kedokteran.

Jeni sendiri mengatakan MPD telah menyelamatkan kehidupan dan jiwanya.

Dia belajar dan mendapatkan gelar S2 dan S3 dalam kajian hukum dan filsafat, tetapi dia kesulitan mendapatkan pekerjaan tetap. Dia hidup bersama ibunya, keduanya bergantung pada uang pensiun.

"Saya sangat bertekad agar cerita saya diketahui orang," kata Jeni kepada BBC sebelum keputusan. "Saya ingin agar perjuangan saya selama 10 tahun untuk mendapatkan keadilan benar-benar membawa perubahan sehingga orang-orang lain dapat lebih mendapatkan kemudahan.

"Jika Anda menderita MPD karena pelecehan, sekarang mungkin mengambil jalur hukum. Anda dapat melapor ke polisi, memberitahu mereka dan dipercaya. Diagnosa Anda sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan keadilan.

Sumber: BBC Indonesia