Senin, 02 September 2019 10:41

Permohonan Terakhir Sandera ISIS Sebelum Dipenggal Algojo 'Jihadi John'

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
David Haines dan putrinya
David Haines dan putrinya

Pekerja bantuan Inggris David Haines, yang disandera dan dibunuh oleh ISIS memohon agar diberikan kesempatan untuk memeluk anak-anaknya sebelum mati.

RAKYATKU.COM - Pekerja bantuan Inggris David Haines, yang disandera dan dibunuh oleh ISIS memohon agar diberikan kesempatan untuk memeluk anak-anaknya sebelum mati.

Tapi hari itu tidak pernah datang, karena dia dieksekusi oleh Mohammed Emwazi alias 'Jihadi John', di Suriah pada September 2014.

Keinginan terakhirnya itu diketahui dalam surat yang dia kirim ke keluarganya atas permintaan ISIS, untuk meminta tebusan.

"Saya hanya ingin memiliki kesempatan untuk melihat anak-anak saya dan memeluk mereka lagi ... Saya tidak berpikir saya akan pernah meninggalkan mereka lagi!!" tulisnya.

Pria berusia 44 tahun itu juga meminta orang tuanya untuk mengumpulkan hampir £100 juta agar ia bisa dibebaskan dari genggaman kelompok teror.

"Saya minta maaf membuat kalian mengalami cobaan ini dan mungkin suatu hari kalian bisa memaafkan saya. Saya tahu Anda akan berusaha sekuat tenaga," katanya.

Suratnya itu tidak bertanggal, namun diyakini ditulis beberapa bulan sebelum dia dipenggal, kemungkinan sekitar April 2014.

Haines telah membantu para pengungsi di sebuah kamp di dekat perbatasan Turki ketika dia diculik oleh para teroris. Dia telah disandera bersama lebih dari selusin orang Barat.

Sekarang, suratnya akan dijadikan bukti oleh otoritas Inggris jika harus mengadili Alexanda Kotey dan El Shafee Elsheikh, anggota ISIS yang mengawasi Haines.

Kedua pria itu ditangkap oleh Pasukan Demokrat Suriah pada Januari 2018. Kewarganegaraan Inggris mereka telah dicabut dan mereka belum diekstradisi.

El Shafee Elsheikh dan Alexanda Kotey

Anak perempuan Haines, Bethany, mengatakan kepada ITV News pada bulan Juni bahwa ia ingin melihat Kotey dan Elsheikh diadili.

Sementara itu, Jihadi John yang memenggal Haines telah tewas dalam serangan udara AS pada tahun 2015.