RAKYATKU.COM, TAKALAR - Mappa (65) yang tinggal di dusun Pandanga, Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara, kembali tidak mendapatkan bedah rumah dari pemerintah.
Mappa yang hidup sebatangkara di gubuk berukuran 4x5 meter, beralaskan tanah, beratap seng bocor, dinding rapuh, kini dia sudah putus harapan.
Pasalnya bedah rumah yang sudah bertahun-tahun dijanjikan dan sekian lama didambakan kembali dinikmati orang lain.
Padahal tanah yang ditempati tinggal pria sebatangkara itu, adalah tanah peninggalan kedua orang tuanya, yang sudah tiada.
Tapi pemerintah setempat diduga lebih mengutamakan yang tidak mempunyai keterbatasan fisik untuk bekerja.
Bahkan sebelum pejabat desa menjabat, dia sering dijanjikan oleh kepala desa untuk diperbaiki rumah miliknya, tapi hingga kini tidak ada perubahan sama sekali pada rumahnya.
"Waktu bulan dua datang ji ke rumah (Pj Kepala Desa Aeng Batu-batu) berjanji akan perbaiki rumahku, tapi sampai sekarang belum diperbaiki juga," ucap Mappa, kemarin.
"Belum ada juga yang datang ke rumah mendata soal bedah rumah," tambahnya.
Saat mendengar cerita dari keluarganya bahwa dirinya kembali tidak diusulkan mendapatkan bedah rumah, ia pun merasa sedih yang kedua kalinya.
"Berarti dua kalima itu tidak di kasih bedah rumah dari pemerintah," terang Mappa sambil mengelus dada.
Diketahui, pemerintah Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara sudah dua kali mendapatkan program bedah rumah untuk warganya. Tetapi pria buta yang hidup sebatangkara itu, tidak pernah merasakan bantuan tersebut.
Bukan cuma itu saja, bantuan seperti beras sejahtera (Rastra) gratis dari pemerintah, hingga sekarang tidak ia dapatkan.
Mappa pun berharap, agar bantuan bedah rumah segera didapatkan sebelum musim hujan tiba, supaya air tidak membasahi lagi tubuhnya.