RAKYATKU.COM, JENEPONTO - Ramli (37) sungguh sangat mencintai kekasihnya, Sia (31). Keduanya sudah lama berpacaran dan direstui orang tua keduanya.
Namun sebagai bukti kesungguhan cintanya, Ramli lalu melamar Sia. Uang di kantongnya hanya Rp10 juta. Sementara keluarga kekasihnya meminta uang panaik Rp15 juta.
Karena tak bisa memenuhi angka itu, lamaran Ramli pun ditolak.
Akibat penolakan itu, kedua insan yang sudah saling mencintai itu, lalu mengambil jalan pintas. Kawin lari atau silariang. Mereka lalu nikah sirih.
Karena ingin baik, Ramli lalu pulang hendak 'akbaji' (berbaikan kembali dengan pihak keluarga Isa).
Keluarga Sia tetap meminta Rp15 juta. Mendengar penolakan keluarganya, Sia mengambil jalan pintas. Mengakhiri hidup dengan menenggak racun rumput di rumah Ramli, di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Jeneponto.
Sekarat usai meminum racun, Sia sempat dilarikan ke puskesmas setempat seminggu lalu. Tak ingin ambil risiko, Puskesmas kemudian merujuk ke RS Padjonga Dg Ngalle di Kabupaten Takalar.
Karena tak punya BPJS, Ramli membawa Isa lewat jalur umum. Harga obat dan biaya perawatan itu menguras kantongnya.
Hari ketiga dirawat, Sia meminta pulang setelah uang suami sirihnya tak cukup untuk biaya obatnya.
Ramli kemudian merawat Sia di rumah. Dia bekerja serabutan untuk membeli obat sang istri.
Kemarin, Ramli yang baru saja pulang dari kerja tiba di rumahnya. Dia kaget saat melihat istri tersebut sudah tergeletak tak bernyawa.
Keluarga Sia kemudian meminta jasad Sia untuk mereka makamkan hari ini. Kini jasad Sia disemayamkan di rumah orang tuanya, di Desa Banri Manurung, Bangkala Barat, Jeneponto.
Ramli ingin sekali melihat jasad kekasihnya untuk yang terakhir kali. Namun tak diizinkan keluarga Sia.
Kepala Desa Punagaya Andi Pangerang Mustamu, berjanji akan membantu Ramli melihat jasad kekasihnya itu untuk yang terakhir kalinya.
"Insya Allah, saya akan mengabulkan permintaannya dengan mengawal suami korban ke rumah duka. Semoga tidak ada rintangan, karena di sini memang budaya kami 'siri' jadi kita juga harus hormati. Yang saya sayangkan budaya mahar yang saat ini tidak bijak berkembang di masyarakat. Semoga kejadian ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua," ungkap Andi Pangerang Mustamu.