RAKYATKU.COM - Seorang aktivis hak-hak perempuan di Iran mengkritik wanita Barat yang mengenakan jilbab sebagai bentuk solidaritas. Masih Alinejad menyebut itu "menghina".
Lebih spesifik, dia menunjuk tiga pejabat wanita dari Belanda yang mengenakan jilbab ketika mereka mengunjungi Iran.
"Wanita Iran, mereka berperang melawan jilbab wajib dan mereka sendirian, mereka sendirian," katanya.
Alinejad adalah pendiri gerakan Rabu Putih, sebuah aksi yang mendorong banyak wanita melepas jilbab mereka sebagai protes atas hukum mengenakan penutup kepala yang menurutnya "diskriminatif."
"Ada tiga politisi perempuan dari Belanda - mereka pergi ke Iran pada hari yang sama ketika salah satu wanita dari gerakan Rabu Putih menempatkan jilbabnya di atas tongkat dan melambaikannya di depan umum, dia ditangkap."
"Pada hari yang sama ada tiga politisi perempuan dari Belanda di Iran. (Mereka) mematuhi hukum jilbab tanpa menentangnya."
"Jadi para politisi perempuan yang pergi dan mengunjungi Iran, para wisatawan, atlet, aktris - semuanya, ketika mereka pergi ke negara saya yang cantik, mereka mengatakan bahwa ini adalah masalah budaya, kami memakainya karena menghormati budaya Iran."
"Izinkan saya menjelaskan pada kalian, menyebut hukum diskriminatif sebagai bagian dari budaya kami, ini merupakan penghinaan terhadap suatu bangsa."
Masalah mengenakan jilbab untuk solidaritas menjadi fokus baru bulan lalu ketika wanita Selandia Baru termasuk PM Jacinda Ardern mengenakan jilbab pasca serangan teror Christchurch.
Para wanita Selandia Baru mendapat tepuk tangan di beberapa tempat, tapi yang lain menyuarakan keprihatinan dengan alasan bahwa tindakan itu tidak 'memberdayakan' perempuan.