Rabu, 27 Maret 2019 10:48

"Saya lelah. Saya Ingin Mati," Catatan Bunuh Diri Remaja yang Dibully oleh Gurunya

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Zhanibek Zhuzdai dan ibunya
Zhanibek Zhuzdai dan ibunya

Zhanibek Zhuzdai ditemukan gantung diri oleh ibunya, di dekat rumah keluarganya di desa Shardara, di wilayah Turkistan.

RAKYATKU.COM - Seorang anak sekolah berusia 14 tahun mengakhiri hidupnya karena sering dibully oleh dua gurunya, setelah kematian ayahnya.

Zhanibek Zhuzdai ditemukan gantung diri oleh ibunya, di dekat rumah keluarganya di desa Shardara, di wilayah Turkistan.

Remaja itu meninggalkan catatan kematian dan mengungkapkan bahwa gurunya yang bernama Aisulu dan Zhanar Baratova melecehkannya selama tiga tahun.

Dua guru itu bersaudara, dan mereka selalu memanggil Zhanibek kumuh dan sampah, karena dia tidak punya ayah untuk melindunginya.

Ejekan mereka meningkat setelah saudara lelaki Zhanibek yang berusia delapan tahun meninggal karena penyakit dua bulan lalu. Itu membuatnya semakin tidak dapat mengatasi cobaannya.

Zhanibek tidak memberi tahu ibunya tentang bully itu karena dia tidak ingin membuatnya khawatir. Namun dia meninggalkan catatan sebelum gantung diri.

"Baratova Aisulu dan Baratova Zhanar terus menerus mempermalukan saya," kata remaja itu dalam catatan bunuh dirinya.

"Mereka memanggil saya kumuh, sampah. Mereka juga menghina ibuku."

"Bu, itu sudah berlangsung selama tiga tahun. Saya lelah. Saya ingin mati."

Saksi mata mengatakan bahwa ibunya menangis sangat keras sehingga dia kesulitan bernapas setelah menemukan tubuh putranya yang tak bernyawa.  

Polisi telah membuka kasus pidana terhadap kedua guru tersebut. Berdasarkan catatan kematiannya, polisi membuka kasus kriminal dengan tuduhan menghasut bunuh diri.

Para tersangka menghadapi hukuman tiga tahun penjara jika terbukti bersalah. 

Paman korban, Bakyt Kaldybekov mengatakan bahwa kerabat guru itu telah datang kepada mereka dan meminta pengampunan.

"Tapi kami tidak bisa memaafkan mereka. Mereka harus dihukum sesuai dengan hukum. Mereka layak mendapatkannya."

Aisulu dan Zhanar telah bekerja di sekolah selama 20 tahun. Aisulu adalah guru sejarah dan saudarinya adalah guru sekolah dasar.

Mereka belum diskors dari sekolah meskipun ada penyelidikan.

Wakil kepala sekolah Alimbetov Baktygul Utegenova mengatakan: "Kami kaget dan kami bahkan tidak tahu harus berpikir apa."

“Anak itu tidak terlihat tertekan. Dia aktif dan ikut serta dalam berbagai acara sekolah. Dia adalah atlet yang bercita-cita tinggi."

Laporan media lokal mengatakan bahwa baik saudara atau teman Zhanibek, maupun psikolog sekolah tidak tahu tentang masalahnya.