RAKYATKU.COM - Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Din Syamsuddin menganggap hasil survei pilpres oleh sejumlah lembaga sulit dipercaya.
Alasannya, pada umumnya lembaga survei bekerja atas pesanan kliennya, pasangan capres-cawapres. Tak hanya pada pilpres, survei calon kepala daerah juga demikian.
"Hampir semua survei itu dibayar oleh kelompok tertentu. Jadi jangan sampaikan hasil survei ke saya," ujar Din Syamsuddin kepada wartawan di kantor MUI Pusat, Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (20/2/2019).
Sebagai ketua dewan pertimbangan MUI, dia mengaku tidak berpihak kepada salah satu capres. Lembaga MUI tidak boleh terlibat politik praktis atau politik kekuasaan
"Walaupun ada ketua MUI menjadi calon wakil presiden, MUI secara kelembagaan tidak dalam posisi mendukung atau tidak mendukung. Jadi bebas," ujar Din.
Walau demikian, tidak berarti MUI netral. Menurutnya, netral sama saja dengan golput.
"Netral itu kan golput. Tapi kita serahkan pada masing-masing ormas, pada masing-masing individu sesuai hati sanubari dan literasi politik. Jangan memilih kucing dalam karung," ujarnya.
Din juga menasihatkan agar para pendukung tidak berlebihan dalam mendukung capres-cawapres idolanya. Tidak harus saling menghujat atau saling mencederai satu sama lain.
"Cintailah kekasihmu (capresmu) sedang-sedang saja. Karena boleh jadi sewaktu-waktu dia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan bencilah lawan politikmu (pilpres bukan pilihanmu) sedang-sedang saja. Karena boleh jadi sewaktu-waktu engkau akan mencintainya," kata Din.