RAKYATKU.COM, GOWA - Reski Dagryani seorang bidan Puskesmas Pejuang sempat terisolasi di Gunung selama tiga hari tiga malam saat menyelamatkan diri dari reruntuhan material bencana longsor di Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Ekki sapaannya, ia bertugas sebagai pejuang ibu hamil di Puskesmas Sapaya itu sempat berkabar akan kembali ke Sungguminasa pada 21 Januari lalu. Namun, keluarganya melarang dengan alasan cuaca tidak memungkinkan.
Pun demikian, Ekki yang ingin membantu orang tuanya untuk cek kesehatan di kota tetap ingin kembali. Dalam perjalanan pulang Ekki menghubungi kembali keluarganya kalau ia sedang berada di jalan ingin balik Sungguminasa, Gowa.
Namun, setelah pihak keluarga mendengar adanya bencana longsor di Kacamatan Bungaya, pihak keluarga kembali menghubungi Ekki. Saat bersamaan, Ekki pada waktu itu sudah tidak bisa lagi dihubungi, keluarganya pun mulai panik.
"Ekki menelepon lagi Selasa (22 Januari). Dia bilang dia sudah dalam perjalanan pulang ke Sungguminasa. Namun berselang beberapa jam saya sudah hilang kontak dengan Ekki. Di saat itu pula saya dan keluarga mendengar kabar tentang adanya longsor di Bungaya. Kami semua mulai cemas karena tidak ada lagi kontak dengan dia," beber Dian, kakak Ekki.
Dian mengisahkan, selama pelariannya itu Ekki hanya seorang diri perempuan, selebihnya laki-laki semua. Di antaranya sejumlah teman seprofesinya maupun warga yang sempat ikut lari mengikutinya menghindari longsor.
Di saat lari berpindah-pindah ke tempat yang tidak longsor, Ekki hanya menggengam kuat handphone-nya. Ranselnya sudah hilang entah di mana.
Ekki juga berusaha hemat baterai handphone dengan tidak mengaktifkannya. Apalagi jaringan memang sulit dan tidak memungkinkan ada di wilayah terisolasi yang disinggahinya.
Ekki kerap berpindah-pindah tempat sebab pijakan-pijakan kakinya selalu labil dan tiba-tiba longsor. Ekki sempat tak berdaya karena sempat terseret arus longsor hingga mengalami luka-luka.
"Adek saya bilang sempat bertahan di wilayah Bangkeng Batu, namun karena wilayah itu juga dirongrong longsor akhirnya Ekki kembali lari hingga masuk ke wilayah terisolir. Beruntung dia sudah tidak berada di Sapaya karena Sapaya pusat longsor," kisah Dian mewakili Ekki yang saat ini masih trauma.
Selama tiga hari Ekki tanpa makan sebab persediaan yang dibawa di ranselnya hanya camilan selama perjalanan pulang. Bahkan saat dia menghubungi setelah dia berhasil menemukan tim evakuasi di jalan, Ekky mengaku sempat berlindung di sebuah rumah sawah dengan teman-teman yang bersama-sama lari dengannya.
"Ekki trauma, dia mengalami syok psikis apalagi melihat langsung kejadian longsor dan sempat menolongi warga yang kena material longsor di saat menyelamatkan diri," beber Dian.
Terpisah, Aipda Ahriansyah anggota Sat Sabhara Polres Gowa mengatakan adik iparnya itu tidak ditemukan oleh tim evakuasi, tapi adiknya itu turun sendiri dari atas bukit-bukit saat menemukan adanya tim evakuasi tak jauh dari tempatnya berada.
"Jadi Ekki tidak ditemukan tapi dia yang menemui tim evakuasi di jalan di Mangempang kebetulan dekat dengan posko tim evakuasi yang ada di Pattiro. Ekki turun sendiri dari tempatnya berada setelah sekian lama mencari bantuan penolong. Saat bertemu tim, adik saya lemas. Dia dehidrasi tinggi sebab selama pelariannya tidak makan dan minum bahkan kakinya sakit karena sempat terseret arus longsor saat kejadian," jelas Aipda Ahriansyah, Jumat (25/1/2019).
Saat bertemu dengan tim evakuasi, Ekki langsung terjatuh lemas begitu berhasil menjumpai rombongan tim evakuasi yang tengah menyisir jalan wilayah Dusun Mengempang menuju posko tim di Dusun Pattiro, Desa Pattallikang.
Ekki ini akhirnya selamat setelah tiga hari malam melintang di wilayah terisolasi Kecamatan Bungaya saat panik mencari bantuan dan lari dari jangkauan longsor yang setiap saat melanda dan sekarang sudah ada di Aspol Sungguminasa.