Kamis, 24 Januari 2019 11:14

Bertemu Ketua PKK Sulsel, Ibu Korban Banjir Minta Bayinya Diberi Nama

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ketua TP PKK Sulsel, Liestiaty F Nurdin mengunjungi lokasi pengungsian di Pasar Minasa Maupa, Kecamatan Somba Opu.
Ketua TP PKK Sulsel, Liestiaty F Nurdin mengunjungi lokasi pengungsian di Pasar Minasa Maupa, Kecamatan Somba Opu.

Di tengah banjir yang melanda Kabupaten Gowa, ada kisah bahagia seorang ibu yang juga menjadi korban banjir.

RAKYATKU.COM, GOWA – Di tengah banjir yang melanda Kabupaten Gowa, ada kisah bahagia seorang ibu yang juga menjadi korban banjir.

Saat Ketua TP PKK Sulsel, Liestiaty F Nurdin mengunjungi lokasi pengungsian di Pasar Minasa Maupa, Kecamatan Somba Opu, ia bertemu seorang bayi yang belum cukup sebulan.

Ibu bayi itu pun berbincang-bincang dan meminta agar bayinya diberikan nama oleh istri Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah, itu. 

Liestiaty pun memberikan nama kepada bayi perempuan mungil itu dengan nama Siti Humairah. Ia pun memberikan doa dan harapan, agar bayi tersebut berhasil dalam hidupnya kelak.

Selain itu, Liestiaty yang didampingi oleh Ketua TP PKK Gowa Priska Paramitha Adnan mengunjungi pengungsian di Masjid Nurul Ilmi Kecamatan Pallangga.

Ia melihat langsung keadaan warga di lokasi pengungsian. Terutama ketersediaan makanan, pakaian, dan kebutuhan anak seperti popok dan makanan bayi. 

Pada kesempatan itu, Liestiaty menyerahkan sejumlah bantuan, yang menjadi kebutuhan para pengungsi. Selain memberikan bantuan, juga datang bersama tim dokter.

Saat berbincang dengan para pengungsi, Liestiaty banyak menerima keluhan masyarakat. Seperti kehilangan surat-surat penting, ijazah, KK, KTP, dan dokumen lainnya.

“Ibu Ketua PKK Gowa, tolong disampaikan ke Pak Bupati (Adnan Purichta Ichsan) supaya dibantu untuk memberikan surat keterangan hilang,” pinta Liestiaty kepada Ketua PKK Gowa Priska Paramitha Adnan.

Ia juga fokus dengan masalah penanganan pasca banjir. Psikologis anak-anak pasca trauma, di mana banyak anak di Kabupaten Gowa yang menjadi korban evakuasi jadi gelisah, sulit tidur, dan merasa takut untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

Jumlah pengungsi di Pasar Minasa Maupa tercatat 600 orang. Sedangkan di Masjid Nurul Ilmi berjumlah 200 orang.