Minggu, 06 Januari 2019 04:00

Remaja Perempuan Rentan Depresi Akibat Medsos 

Eka Nugraha
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi
Ilustrasi

Peneliti Inggris menyebut remaja perempuan adalah kelompok yang paling rentan diserang di media sosial. Mereka gampang depresi akibat serangan di media sosial itu. 

RAKYATKU.COM -- Peneliti Inggris menyebut remaja perempuan adalah kelompok yang paling rentan diserang di media sosial. Mereka gampang depresi akibat serangan di media sosial itu. 

Menurut sebuah penelitian, anak perempuan remaja memiliki dua kali risiko lebih tinggi. Ini terutama terkait dengan pelecehan online dan gangguan tidur, serta citra tubuh yang buruk dan harga diri yang lebih rendah.

Dalam sebuah penelitian yang menganalisis data dari hampir 11.000 anak muda di Inggris, para peneliti menemukan bahwa anak perempuan berusia 14 tahun adalah pengguna media sosial yang lebih berat. Dua perlima dari mereka menggunakannya selama lebih dari tiga jam sehari, dibandingkan dengan seperlima dari anak laki-laki.

Studi ini juga menemukan bahwa 12 persen pengguna media sosial ringan dan 38 persen pengguna media sosial berat (lebih dari lima jam sehari) menunjukkan tanda-tanda mengalami depresi yang lebih parah. Demikian dilansir dari Reuters melalui viva.co.id. 

Ketika para peneliti melihat proses yang mendasari kemungkinan terkait penggunaan media sosial dan depresi, mereka menemukan bahwa 40 persen anak perempuan memiliki pengalaman pelecehan online atau cyber bullying. Sedangkan anak laki-laki yang mengalami hal itu hanya 25 persen.

Gangguan tidur juga dilaporkan oleh 40 persen anak perempuan dibandingkan dengan 28 persen anak laki-laki. Kecemasan dan kurang tidur diketahui memiliki kaitan erat dengan depresi.

Remaja perempuan juga lebih terpengaruh ketika menyangkut penggunaan media sosial dan kekhawatiran tentang citra tubuh, harga diri dan penampilan.

Yvonne Kelly, seorang profesor di Institut Epidemiologi dan Perawatan Kesehatan University College London yang ikut memimpin penelitian, mendesak orangtua dan pembuat kebijakan untuk mencatat hasilnya.

"Temuan ini sangat relevan dengan pengembangan kebijakan saat ini tentang pedoman untuk penggunaan media sosial yang aman, dan kami meminta industri untuk secara lebih ketat mengatur jam penggunaan media sosial untuk anak muda," katanya dalam sebuah pernyataan.