RAKYATKU.COM, MAKASSAR – Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin didampingi Ketua TP PKK Makassar Melinda Aksa menghadiri launching inovasi program SALAMA (Sahabat Anak Afirmasi Aman Bencana) yang digagas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar.
Kegiatan berlangsung di SMPN 19 Makassar, Selasa (30/9/2025), dan menjadi momentum penting untuk membangun budaya sadar bencana sejak usia dini.
Pemerintah kota Makassar menghadirkan mitigasi yang terencana dan respons cepat terhadap bencana, mulai dari banjir, angin kencang, hingga potensi kebakaran.
Baca Juga : Penguatan SP4N-LAPOR, Kominfo Makassar Dorong Responsivitas OPD Lewat Sosialisasi
"Mitigasi bencana adalah tanggung jawab bersama, dan pemerintah kota harus hadir dengan langkah cepat serta strategi yang tepat," kata Munafri Arifuddin.
Menurutnya, banjir di Makassar sudah menjadi langganan hampir setiap tahun, sehingga pemerintah bersama seluruh pihak terkait harus bekerja ekstra untuk mencari solusi.
"Minimal banjir tahun ini kita berusaha untuk mengurangi debit airnya, karena kita masih berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait untuk bagaimana mengintervensi persoalan banjir yang ada, khususnya di Blok 10 Antang," tambah Munafri.
Baca Juga : Wali Kota Makassar Lantik 263 Pejabat Eselon IV di Lapangan Karebosi
Pemerintah Kota Makassar berharap budaya sadar bencana dapat ditanamkan sejak dini, agar generasi muda memiliki kesiapsiagaan menghadapi berbagai kondisi darurat. Banjir kerap memicu kepanikan di masyarakat, terutama bagi anak-anak. Oleh karena itu mitigasi dari BPPD mampu memberikan masukan yang sangat baik untuk melatih anak-anak ini bagaimana menghadapi bencana.
"Tidak hanya menyelamatkan diri sendiri, tetapi juga bisa menolong orang lain," jelasnya.
Ia berharap kegiatan pelatihan kebencanaan ini dapat benar-benar dimaksimalkan oleh peserta, terutama anak-anak.
Baca Juga : Kolaborasi Lintas Sektor, Makassar Perkuat Pengawasan Program MBG
Pemerintah kota, lanjutnya, akan terus mendukung penuh berbagai program yang berkaitan dengan mitigasi maupun penyelamatan saat terjadi bencana.
Bukan hanya masalah banjir, tapi juga bencana lain seperti gempa bumi, kebakaran, dan sebagainya.
"Jalur evakuasi di sekolah-sekolah harus jelas, ada tanda-tanda alur, ada titik kumpul (meeting point), sehingga anak-anak tahu harus ke mana saat bencana terjadi," tutup Appi.