Senin, 01 September 2025 18:03
konten kreator dengan 15 ribu pengikut
Editor : Lisa Emilda

RAKYATKU.COM, MAKASSAR — Penutupan sementara fitur live streaming di platform TikTok sejak 31 Agustus 2025 menimbulkan keresahan luas di kalangan kreator konten, afiliator, sekaligus masyarakat umum. Keputusan ini diambil menyusul maraknya siaran langsung aksi demonstrasi yang berujung anarkis di sejumlah daerah, termasuk Makassar, Sulawesi Selatan, di mana gedung DPRD Makassar dan DPRD Sulsel terbakar.

 

Bagi publik, TikTok Live selama ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi sumber informasi instan. Saat aksi demo berlangsung, misalnya, siaran langsung dari pengguna di lokasi memberi gambaran nyata kondisi lapangan sebelum potongan video tersebar ulang di media sosial lainnya. Dengan dihentikannya fitur live, masyarakat kehilangan salah satu kanal informasi real-time yang dinilai lebih transparan dibanding laporan pasca-kejadian.

Di sisi lain, dampak paling terasa dirasakan para kreator dan afiliator.

Sukri, seorang afiliator TikTok asal Makassar dengan lebih dari 15 ribu pengikut, mengaku  mengalami penurunan pendapatan.

 

“Pengaruhnya sangat signifikan secara finansial, jelas ini pukulan berat. Pendapatan dari komisi afiliasi menurun drastis karena kita tidak lagi bisa live,” ujar Sukri melalui akun @pakSukrisaja, Senin (1/9).

Meski begitu, ia menilai kondisi ini bisa menjadi momentum untuk beradaptasi.

“Kita bisa memaksimalkan video pendek ataupun konten promosi dengan menyematkan produk di keranjang kuning. Jadi tidak hanya bergantung pada live,” tambahnya.

Fitur TikTok Live sejauh ini memiliki nilai lebih karena memungkinkan interaksi langsung dengan audiens, menjadi media promosi produk, ruang edukasi, hingga wadah aktualisasi diri. Bahkan dalam situasi genting seperti demonstrasi, fitur tersebut berperan sebagai kanal informasi cepat sebelum media arus utama merilis berita resmi.

Penutupan ini menimbulkan perdebatan. Sebagian pihak mendukung kebijakan sebagai langkah menjaga kondusivitas ruang digital. Namun, banyak pula yang menilai pembatasan live justru mengurangi transparansi informasi dan merugikan kreator yang menggantungkan pendapatan dari siaran langsung.

Ke depan, kreator berharap TikTok dapat menghadirkan solusi seimbang: membatasi konten berisiko tanpa mengorbankan ruang kreasi, sumber penghasilan, serta akses publik terhadap informasi aktual.

BERITA TERKAIT