RAKYATKU.COM, MAKASSAR – Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dipastikan menjadi lokasi pendirian Politeknik Pengawasan Obat dan Makanan pertama di Indonesia. Lembaga pendidikan yang rencananya dibangun di kawasan Pucak, Kabupaten Maros ini akan dibiayai dengan skema multiyears contract senilai Rp1,7 triliun.
Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, menyambut baik rencana pembangunan tersebut. "Programnya luar biasa, multiyears untuk Rp1,7 triliun," katanya kepada wartawan di Gedung Asta Cita Rujab Gubernur Sulsel, Kamis (28/8/2025).
Ia juga memastikan Pemprov Sulsel akan mendorong afirmasi prestasi dalam penerimaan mahasiswa baru. “Harapan kita akan ada afirmasi untuk prestasi dari rekomendasi gubernur, alhamdulillah sudah disetujui Bapak Prof, minimal 10 persen,” tegasnya.
Baca Juga : Lomba Berkuda dan Memanah Gubernur Cup 2025 Resmi Digelar
Sementara itu, Kepala Badan POM, Prof. Taruna Ikrar, mengungkapkan bahwa pendirian politeknik ini penting karena Indonesia belum memiliki pendidikan khusus yang fokus pada pengawasan obat dan makanan. Selama ini, Badan POM harus merekrut sarjana dari multidisiplin keilmuan dan memberikan pelatihan ulang.
Lebih jauh, Prof. Taruna menjelaskan bahwa pengawasan obat dan makanan memiliki peran strategis dalam melindungi masyarakat, bukan hanya sekadar penyuluhan, melainkan juga kemampuan teknis untuk mendeteksi potensi bahaya.
Pendirian politeknik ini juga menjadi bagian dari target besar BPOM untuk naik ke maturitas level empat, setara dengan badan pengawasan di Amerika dan Eropa. Salah satu syaratnya adalah memiliki SDM yang terlatih melalui pendidikan terfokus.
Baca Juga : Wakil Gubernur Fatmawati Rusdi Buka Pemeriksaan Kesehatan Gratis Deteksi Dini Kanker Kulit
Untuk mendukung pembangunan kampus, Pemprov Sulsel bersama BPOM telah menyiapkan lahan seluas 10 hektare di Maros. Pendanaan proyek ini dipastikan melalui kerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) dan Kementerian Keuangan.
“Total Rp1,7 triliun akan difokuskan untuk pembangunan Poltek POM, termasuk sarana pendidikan dan laboratorium,” kata Prof. Taruna.