Sabtu, 02 Agustus 2025 21:11
Editor : Lisa Emilda

RAKYATKU.COM, MAKASSAR — Di tengah laju revolusi teknologi dan kecerdasan buatan (AI) yang kian pesat, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., menyerukan pentingnya peran ulama dan warga Muhammadiyah dalam mengisi ruang digital dengan konten mencerahkan yang berbasis nilai-nilai keilmuan dan keislaman.

 

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara kunci dalam Seminar Nasional Musyawarah Wilayah (Musywil) III Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Sulsel yang digelar di Balai Sidang Muktamar Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.

Mengangkat tema “Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Pendidikan Indonesia”, Prof. Mu’ti menekankan bahwa era digital tidak hanya menuntut kecakapan teknologi, tetapi juga kecerdasan etik dan keberanian untuk memimpin narasi. Menurutnya, siapa yang paling aktif mengunggah informasi, dia pula yang menguasai opini publik.

Baca Juga : Hibah Rp650 Juta dari Pemprov Sulsel, Observatorium Unismuh Telah Digunakan Melihat Hilal

“AI adalah bagian dari hidup kita hari ini. Ia bekerja dengan prinsip pembelajaran berulang—deep learning—yang secara filosofis mirip dengan cara Al-Qur’an mengulang pesan-pesan kunci. Tapi jangan sampai kita diperbudak teknologi. Manusialah yang harus mengendalikannya,” tegas Mu’ti di hadapan ratusan peserta seminar.

 

Lebih jauh, ia menggarisbawahi bahwa ruang digital hari ini tak ubahnya arena kompetisi pengaruh. Organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, kata dia, perlu hadir secara aktif di sana, menyajikan konten-konten edukatif, valid, dan berdampak sosial.

“Kalau kita diam, ruang digital akan dipenuhi hoaks dan ujaran kebencian. Warga Muhammadiyah harus berani tampil dengan narasi yang mencerahkan dan bertanggung jawab,” imbuhnya.

Baca Juga : Kecerdasan Buatan Bantu Ciptakan Parfum Unik Sesuai Suasana Hati Pemakai

Investasi Sosial dan Penguatan Infrastruktur Dakwah Digital

Seminar nasional ini tidak hanya menghadirkan diskusi ideologis, tetapi juga memunculkan benih kolaborasi strategis antara pemerintah dan institusi pendidikan Muhammadiyah. Rektor Unismuh Makassar, Dr. Ir. H. Abdul Rakhim Nanda, dalam sambutannya melaporkan progres pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu Unismuh, yang peletakan batu pertamanya dilakukan langsung oleh Prof. Mu’ti tahun lalu.

“Fondasi sudah berdiri, tinggal menanti dukungan lebih lanjut. Ini adalah bentuk investasi sosial untuk pendidikan berbasis teknologi di Kawasan Timur Indonesia,” katanya optimistis.

Baca Juga : Pertama Sepanjang Sejarah, AI Jadi Copilot Pesawat Militer AS

Tak hanya itu, kunjungan Prof. Mu’ti ke Makassar juga dijadwalkan untuk meresmikan dua bangunan strategis di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara—Gedung Asrama dan Pondok Tahfiz—yang menjadi simbol integrasi pendidikan Islam dan sains modern.

Ketua PWM Sulsel, Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., menyebut bahwa pertemuan ini menjadi energi baru bagi Muhammadiyah Sulsel untuk meneguhkan peran dakwah dalam membentuk ekosistem digital yang sehat.

“Prof. Mu’ti bukan sekadar tamu kehormatan, beliau adalah bagian dari sejarah dakwah Muhammadiyah di Sulsel. Kehadirannya di tengah kesibukan sebagai menteri adalah bentuk cinta pada umat dan komitmen terhadap pendidikan,” ujarnya.

Baca Juga : Covid-19 Bisa Dideteksi dari Suara Batuk dengan Teknologi Ini

AI dan Masa Depan Pendidikan

Dalam paparannya, Mu’ti juga menyinggung perlunya desain kurikulum nasional yang adaptif terhadap AI. Ia menyebut bahwa masa depan pendidikan Indonesia tidak hanya bertumpu pada penguasaan teknologi, tetapi juga keberanian untuk memanusiakan teknologi.

Hal ini relevan dengan arah kebijakan pemerintah dalam mengembangkan digital economy, di mana talenta digital menjadi salah satu tulang punggung transformasi ekonomi nasional.

Baca Juga : Kecerdasan Artifisial Dapat Bantu Atasi Pelecehan terhadap Perempuan

“Pendidikan adalah gerbang peradaban. Jika kita gagal menyiapkan generasi yang melek etika digital, maka kita akan menghasilkan masyarakat yang cerdas teknologi tapi tumpul nurani,” pungkasnya.

Seminar ditutup dengan penandatanganan dua prasasti sebagai simbol sinergi antara Unismuh Makassar dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dalam membangun masa depan pendidikan yang inklusif, religius, dan berbasis teknologi.

BERITA TERKAIT