Selasa, 15 Juli 2025 15:14
Editor : Redaksi

GOWA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa terus menunjukkan komitmennya dalam upaya percepatan penurunan angka stunting. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah menyiapkan skema khusus melalui perencanaan dan penganggaran program gizi yang terintegrasi.

 

Wakil Bupati Gowa, Darmawangsyah Muin, selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Gowa, menargetkan angka prevalensi stunting di daerahnya turun menjadi 16,4 persen pada 2025.

“Target kami di 2025 adalah mencapai prevalensi 16,4 persen, dan kami yakin bisa mencapainya,” ungkap Darmawangsyah saat menghadiri Lokakarya Komitmen untuk Gizi: Dari Bukti Menuju Dampak, di Ruang Rapat Pimpinan Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Makassar, Selasa (15/7).

Baca Juga : Bupati Gowa Apresiasi Dinas Lingkungan Hidup Jaga Kebersihan Selama Beautiful Malino 2025

Darmawangsyah mengungkapkan bahwa berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gowa, angka prevalensi stunting di tahun 2024 telah menurun menjadi 17 persen, lebih rendah dari rata-rata provinsi.

 

“Ini menunjukkan tren penurunan yang baik. Kami optimis angka ini akan terus menurun, bahkan bisa lebih rendah dari target nasional,” jelasnya.

Pada 2023, angka stunting di Gowa juga mengalami penurunan drastis dari 33 persen (2022) menjadi 21,1 persen. Capaian ini disebut sebagai hasil dari implementasi program yang konsisten dan berbasis data.

Baca Juga : TP PKK dan Bhayangkari Gowa Salurkan Bantuan untuk Keluarga Miskin Ekstrem di Tinggimoncong

Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Sulawesi dan Maluku, Henky Widjaja, menyampaikan apresiasi terhadap komitmen Kabupaten Gowa dan para Ketua TPPS lainnya di Sulawesi Selatan. Ia menilai peran aktif para pemangku kepentingan menjadi fondasi penting dalam mempercepat penanganan stunting.

“Saya sangat senang melihat antusiasme dan kerja nyata dari para Ketua Tim. Ini adalah bentuk komitmen bersama yang sangat dibutuhkan dalam mengatasi persoalan gizi anak,” kata Henky.

Henky juga mengingatkan bahwa Indonesia kini dihadapkan pada tantangan gizi yang semakin kompleks. Selain stunting, masalah obesitas anak juga mulai menjadi perhatian di tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Baca Juga : Beautiful Malino 2025 Berakhir Sukses: Sedot Ribuan Pengunjung, UMKM Raup Keuntungan

“Kita tidak boleh lengah. Baik kekurangan maupun kelebihan gizi berdampak langsung pada tumbuh kembang anak,” ujarnya.

Henky menegaskan bahwa penanganan gizi harus dipandang sebagai investasi jangka panjang dalam membangun kualitas sumber daya manusia menuju generasi emas Indonesia 2045.

“Ini bagian dari strategi besar dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa,” tegasnya.

Baca Juga : Vanessa Zee dan Piche Kota Guncang Panggung Beautiful Malino 2025

Dalam lokakarya tersebut, dipaparkan pula bahwa angka stunting di Sulawesi Selatan menurun dari 27,4 persen (2019) menjadi 23,3 persen (2023). Penurunan ini menjadi bukti nyata dari sinergi lintas sektor yang mulai terarah dan berdampak positif.

“Kerja keras dan keterlibatan berbagai pihak terbukti menghasilkan dampak nyata. Sinergi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan,” pungkas Henky.