RAKYATKU.COM -- Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam pemerataan layanan kesehatan di berbagai daerah. Tantangan utama dalam pembangunan infrastruktur digitalisasi layanan kesehatan meliputi kesenjangan akses internet, terutama di wilayah terpencil.
Data menunjukkan bahwa 7,18% puskesmas di Indonesia belum memiliki akses internet, dan 14,91% masih kesulitan terhubung ke sistem digital kesehatan nasional. Dengan luasnya wilayah geografis Indonesia dan beragamnya kondisi di lapangan, pembangunan infrastruktur sering kali menjadi pekerjaan besar.
FiberStar hadir dengan inovasi untuk mendukung pemerataan layanan kesehatan secara digital di seluruh Indonesia, termasuk di wilayah Sulawesi, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Salah satu langkah strategisnya adalah peluncuran program unggulan Star Health, yang dirancang untuk mendukung kesehatan digital masyarakat di daerah-daerah yang sulit dijangkau.
Baca Juga : Waspada! COVID-19 Varian XBB Terdeteksi di Indonesia
Sebagai bagian dari implementasi Star Health, FiberStar telah melaksanakan proyek percontohan di Sukabumi, Jawa Barat, yang kini diperluas ke wilayah Indonesia lain. Proyek ini memanfaatkan teknologi Starlink yang memungkinkan puskesmas di daerah 3T (tertinggal, terpencil, dan terdepan) mendapatkan akses internet yang memadai untuk meningkatkan layanan kesehatan. Dengan teknologi ini, fasilitas kesehatan dapat terhubung dengan sistem integrasi nasional seperti SATUSEHAT dan BPJS Kesehatan.
Dalam rangka memperkenalkan dan memperluas cakupan inovasi ini, beberapa waktu lalu FiberStar juga telah menggelar seminar bertajuk Smart City Connection dengan tema "Pemerataan Infrastruktur Digitalisasi Data Kesehatan Menuju Indonesia Emas 2045". Seminar ini menghadirkan kolaborasi dengan Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS).
Terkait hal tersebut, Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Setiaji S.T, M.Si menyatakan pentingnya pemerataan infrastruktur untuk menjangkau seluruh masyarakat, tidak hanya di kota besar, tetapi juga di pelosok negeri. “Kondisi ini menunjukkan perlunya infrastruktur digital yang lebih merata untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di seluruh penjuru negeri," ujar Setiaji dalam siaran pers yang diterima wartawan, Jumat (24/1/2025).
Baca Juga : Anggota DPR RI Hasnah Syam Bareng Kemenkes Edukasi Masyarakat Cerdas Pakai Obat
Setiaji juga berharap FiberStar dapat mendukung peningkatan mutu kesehatan di Indonesia, terutama di daerah 3T, dengan dua inovasi teknologi yang dirancang untuk membantu puskesmas dan fasilitas kesehatan dalam mengintegrasikan data, mempercepat layanan, serta meningkatkan akses kesehatan bagi masyarakat.
Mengingat tantangan utama yang dihadapi mencakup lebih dari 745 (7,18%) puskesmas yang belum memiliki akses internet dan 1.472 (14,91%) puskesmas yang kesulitan terhubung dengan sistem integrasi kesehatan nasional (SATUSEHAT). Selain itu, lebih dari 60.000 kader dan praktisi kesehatan harus mengelola data secara manual.
Sementara itu Customer Service Assurance Division Head FiberStar, Wisnu Wardhana mengatakan bahwa, “FiberStar yakin untuk mencapai Indonesia yang maju, kita perlu memiliki manusia-manusia yang sehat jiwa raganya agar dapat memajukan infrastruktur digital sampai pelosok negeri. FiberStar menyarankan penggunaan Starlink untuk area yang tidak terjangkau oleh fiber optik. FiberStar mendeliver Starlink dengan konsep layanan pengelolaan sistem (manage service) untuk penggunanya, guna memberikan solusi yang pengguna (user) butuhkan.”
Baca Juga : Wamenkes: Bukan Tidak Mungkin Booster Keempat Diperlukan
“Star Health memiliki beberapa keunggulan yang bisa menjadi solusi untuk permasalahan ini, antara lain platform yang sudah berbasis web, layanan farmasi dan laboratorium yang terintegrasi, pendaftaran pasien yang efisien dan pengembangan fitur AI, e-signed dan e-resep yang akan sangat berguna dan memudahkan pengguna aplikasi ini,” tambah Wisnu Wardhana.
Lebih lanjut, beliau menambahkan bahwa aplikasi Star Health telah bersertifikasi PSE dan terintegrasi dengan sistem nasional, menggunakan teknologi seperti Internet of Things (IoT), Big Data, dan Artificial Intelligence (AI). Teknologi Starlink pun katanya memungkinkan pengelolaan data yang lebih efisien dan terintegrasi, sehingga meningkatkan kualitas layanan kesehatan di seluruh penjuru Indonesia.
Sebagai bagian dari komitmennya, FiberStar juga meluncurkan kampanye perluasan akses digital di sektor kesehatan dan pendidikan. Hingga tahun depan, FiberStar menargetkan ekspansi jangkauan teknologi Starlink di wilayah Sulawesi, Kalimantan, dan Indonesia Timur untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tidak hanya kesehatan, sektor pendidikan juga menjadi fokus utama untuk menciptakan generasi unggul yang berdaya saing tinggi di tingkat global.
Baca Juga : Kemenkes Pastikan Indonesia Belum Masuk Gelombang 3 Pandemi COVID-19, Baru Bersiap
“Inovasi yang dijalankan FiberStar akan berdampak baik bagi kemajuan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat, terutama di daerah 3T. Guna memberikan akses yang lebih merata, kami terus berkomitmen menghadirkan solusi yang menyeluruh dan berkelanjutan. Semoga langkah inovatif ini membawa manfaat besar, tidak hanya bagi kemajuan teknologi, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di seluruh penjuru negeri. Bersama-sama, kita optimis dapat membangun Indonesia yang lebih terhubung dan sejahtera,” tutup Wisnu Wardhana. (***)