Selasa, 06 Agustus 2024 14:15
Ilustrasi. (Foto: Istimewa)
Editor : Rakyatku.com

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Perusahaan energi penyedia BBM di Indonesia kompak menaikkan harga jual BBM nonsubsidi. Pertamina selaku BUMN ikut melakukan penyesuaian harga BBM nonsubsidi mengikuti langkah kompetitornya, Shell, AKR, dan Vivo.

 

Penyesusaian harga serempak sejumlah badan usaha awal Agustus 2024 mengacu pada tren harga rata-rata publikasi minyak dunia atau ICP dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Pertamina sendiri mengklaim penetapan harga sudah sesuai dengan regulasi Kepmen ESDM Nomor 245.62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga JBU atau BBM non-subsidi Kepmen ESDM Nomor 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan bakar umum (JBU).

Baca Juga : Usulan Pemprov Sulsel Larang Penunggak Pajak Beli BBM Bersubsidi Tuai Kritik

Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Basuki Trikora Putra, menyebut bagaimana mekanisme harga BBM ditentukan.

 

"Penetapan harga BBM nonsubsidi oleh badan usaha tentu juga sangat memperhatikan kondisi pertumbuhan ekonomi, sektor industri, daya beli, dan kelangsungan bisnis badan usaha," ujar Basuki dalam keterangannya, Rabu (6/8/2024).

Dia mengungkapkan ada banyak variabel yang menentukan harga BBM, termasuk BBM nonsubsidi, mulai harga minyak dunia, rata-rata produk minyak olahan Mean of Plats Singapore (MOPS), inflasi, hingga kurs rupiah.

Baca Juga : Jamin Kuota BBM di Bone Aman, Pj Bupati Bone: Jangan Panic Buying!

Menurutnya, sebagai badan usaha yang berorientasi pada bisnis, kenaikan harga BBM nonsubsidi dapat memberikan value positif terhadap perusahaan.

Dikutip dari Antara, ekonom senior Ryan Kiryanto menyatakan sudah saatnya Pertamina menyesuaikan harga BBM nonsubsidi, seperti Pertamax series guna menjaga kondisi keuangan perusahaan.

Dikatakannya, sejak Maret 2024 BUMN tersebut mempertahankan harga meski minyak dunia saat itu melonjak pesat, sementara SPBU swasta sudah menyesuaikan.

Baca Juga : Pemprov Sulsel: Konsumsi BBM Nonsubsidi Tinggi Indikasi Ekonomi Sehat

"Tidak masalah kalau saat ini harga BBM nonsubsidi harus dinaikkan. Penyesuaian tersebut akan menjaga cash flow perusahaan, menjaga kondisi keuangan Pertamina, sekaligus untuk kesinambungan suplai ke depan," ucap Ryan.

Dalam hal ini, tambahnya, meski BBM nonsubsidi bukan untuk masyarakat bawah, tetapi jika harga langsung dinaikkan dikhawatirkan akan menimbulkan efek baik langsung maupun tidak langsung.

Ekonom Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Nur Bau Massepe, menuturkan efek kenaikan produk nonsubsidi dalam jangka pendek belum bisa dipastikan dampaknya terhadap badan usaha.

Baca Juga : Sulsel Catat Konsumsi Tertinggi BBM Nonsubsidi di Pulau Sulawesi, Capai 920 Ribu kL

"Banyak variabel yang lain, misalnya bagaimana badan usaha melakukan efisiensi proses kerja, efisiensi SDM," terangnya.