RAKYATKU.COM, BARRU - Warga sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Barru di Dusun Bawasalo, Desa Lampoko, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru menghadapi masalah serius akibat polusi batu bara yang mencemari lingkungan mereka.
Dari hasil investigasi Rakyatku.com, situasi ini semakin memburuk akibat intensitas angin yang lebih banyak selama musim kemarau. Debu batu bara diterbangkan oleh angin menyelimuti rumah penduduk sekitar.
Seperti diketahui bahwa Dusun Bawasalo, Desa Lampoko dihuni lebih dari ratusan kepala keluarga, kini mereka berjuang menghadapi masalah kesehatan akibat pencemaran ini.
Baca Juga : PLN Indonesia Power Sukses Manfaatkan 100 Persen Biomassa di PLTU Barru
Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa debu batu bara dapat mengancam pernapasan dan menyebabkan penyakit berbahaya jika terhirup dalam jangka waktu yang cukup lama.
Debu batu bara umumnya mengandung karbon, silika, mineral-mineral seperti alumina, besi, belerang, dan berbagai senyawa kimia berbahaya bagi kesehatan manusia.
batu bara yang ada di lokasi PLTU Barru kian hari menggunung. Bahkan, telah melebihi tinggi bangunan pelindung stockpile yang ada. Efek tumpukan ini membuat debu batu bara mudah diterbangkan angin.
Baca Juga : Perjalanan 11 Tahun PLTU Barru, Raih Kinerja Platinum Hingga Anugerah Proper Hijau
Dalam 4 bulan terakhir, warga Dusun Bawasalo mengeluhkan kualitas udara yang tercemar. Aroma tajam dari debu batu bara telah menjadi makanan sehari-hari mereka.
Buruknya kualitas udara ini telah menyebabkan sebagian besar warga mengalami gangguan kesehatan, seperti batuk yang persisten, sakit tenggorokan, serta iritasi pada mata dan kulit.
Dalam wawancara dengan wartawan, Sila (52 tahun), seorang warga setempat, mengungkapkan bahwa ia terpaksa menggunakan masker demi melindungi dirinya dari paparan debu batu bara yang terus-menerus.
Baca Juga : Debu Batu Bara PLTU Barru Cemari Lingkungan, Warga: Kami Menderita
Sila berkata bahwa selama seminggu terakhir, ia merasakan sakit pada tenggorokannya yang tak kunjung reda. Matanya memerah, dan pedih di hidungnya setiap kali menarik nafas.
"Kami menderita di sini, setiap hari kami harus makan debu batu bara. Sudah seminggu saya terus-menerus batuk dan gatal-gatal di kulit. Mata saya juga terasa perih. Hidung terasa pedih. Kami mohon bantuan pemerintah," ujarnya dengan nada penuh keprihatinan kepada wartawan.
Tidak hanya mengganggu kesehatan warga, debu batu bara juga mencemari sumur yang merupakam sumber air bersih warga. Rumah-rumah warga menjadi kotor. Lantai dan dinding menjadi sarang debu berwarna hitam. Bahkan tanaman yang tumbuh di halaman pun menghitam.
Baca Juga : Indonesia Power PLTU Barru Doa Bersama Anak Yatim Jelang Overhaul
"Di dalam rumah, kami tidak bisa menghindari debu batu bara ini. Lantai rumah kami kini menjadi hitam jika kami injak. Istri saya setiap jam mengepel agar debu batu bara ini tidak menumpuk. Kami tidak tahu sampai kapan kami harus menderita seperti ini," tambah Sila dengan nada frustrasi.
Warga lain, seperti Irfan yang tinggal tidak jauh dari rumah Sila, juga mengeluhkan masalah serupa. Ia sangat prihatin karena banyak anak-anak di Dusun Bawasalo yang terus bermain di luar rumah dan secara tak sadar menghirup debu batu bara ini.
"Para orang tua di Dusun Bawasalo banyak yang sudah batuk-batuk terdampak debu batu bara ini. Yang lebih membuat kami khawatir adalah dampaknya pada anak-anak. Kami tidak bisa bayangkan kalau mereka terinfeksi pernapasan akibat debu batu bara ini," keluh Irfan.
Baca Juga : Warga Barru Ramai-Ramai Urus Kartu Kuning, Syarat Melamar Kerja di PLTU
"Kami berharap pemerintah datang melihat keadaan kami dan memberikan solusi yang diperlukan," tambahnya dengan keprihatinan mendalam.
Pihak PLTU Barru, Rahmat saat pertemuan dengan perwakilan dari warga setempat yang difasilitasi oleh anggota DPRD Barru, Syamsu Rijal tak menampik bahwa debu batu bara yang berada di stokpile banyak diterbangkan oleh angin.
Atas nama pimpinan pihaknya memohon maaf karena banyak warga terdampak dari debu batu bara ini. Pihak PLTU Barru beberapa kali melakukan mitigasi debu ini, seperti melakukan penyiraman air setiap hari menggunakan mobil tangki air di rumah-rumah warga dan membagikan sapu dan pel agar warga dapat mengepel debu batu bara tersebut setiap hari.
Selain itu, Rahmat menyampaikan bahwa saat ini pihak manajemen menyusun rencana memasang jaring halus agar debu batu bara tidak berdampak ke rumah warga.
"Kami juga telah menyampaikan manajemen agar menyusun anggaran pengadaan jaring halus dan alat penyiraman di lokasi tumpukan batu bara, agar bisa meminimalisir debu keluar dari lokasi stokpile," kata Rahmat.