Senin, 26 Juni 2023 21:19
Editor : Usman Pala

RAKYATKU.COM -- Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Sulawesi Selatan itu mengajak mereka yang hadir dalam acara "Senja di Pantai Losari" untuk menulis, merekam peristiwa, yang menurutnya telah banyak berubah.

 

Dia mencontohkan backdrop yang jadi latar belakang acara. Menurut pendesainnya, Maysir Yulanwar, foto yang ditampilkan dipotret saat Pantai Losari belum terjamah reklamasi. Menarik, lanjutnya, bila kita bikin buku Losari dalam sastra, berisi puisi, cerpen dan esai.

"Pantai Losari ini merupakan ikon Kota Makassar. Ada banyak kenangan dan sejarah di sini. Perlu kita dokumentasikan dalam bentuk buku," kata Rusdin Tompo.

Baca Juga : Durasi TBM Panrita Lestari Gelar Kemah Literasi di Bissoloro Gowa

Iwan Azis, pengusaha reklame, juga mengakui banyak perubahan, yang membuat warga tak bisa lagi menikmati horizon seleluasa dahulu. Dari Jalan Penghibur yang jadi lokasi acara, terlihat tiang-tiang pancang proyek Center Point of Indonesia (CPI). Dia mengenang, di tahun 80an, anak-anak muda biasa bermain sepeda BMX di atas bentang beton Pantai Losari.

 

Bahar Karca, sebelum bernyanyi, juga mengenang Losari sebagai tempatnya mengamen. Diakui, sejak bergabung di Satupena Sulawesi Selatan, dia termotivasi untuk menulis lagu. Itu karena banyak postingan di grup, yang memberinya inspirasi.

Bahar, yang tergabung dalam Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) dan kini bekerja di perusahaan ekspedisi, dalam acara "Senja di Pantai Losari" menyanyikan dua lagu, masing-masing Losariku dan Berartikah Hidupku Ini Ada. Kedua lagu itu, merupakan karya Karca 98. Karca merupakan akronim dari Karaeng Ca'dia.

Baca Juga : Senja di Pantai Pantai Losari, Agenda Kolaborasi Sejumlah Pegiat Literasi

Rosita Desriani, yang tampil membacakan puisi karyanya, "Insiden Kunang-Kunang", juga merasakan manfaat berada di Satupena Sulawesi Selatan. Dia menyebut aktivitas yang dilakukan bisa jadi wadah bagi mereka yang menyukai sastra. Bersama Bahar Karca, dia membawakan musikalisasi puisi karya Ram Prapanca, berjudul "Jati Cinta".

"Senja di Pantai Losari" yang berisi apresiasi karya sastra, musik dan lagu ini, diadakan pada Minggu, 25 Juni 2023, di Teras Losari 24 Hotel Losari Beach. Kegiatan ini merupakan kolaborasi Satupena Sulawesi Selatan dan Komunitas Puisi (KoPi) Makassar.

Owner Hotel Losari Beach, Arwan Tjahjadi, yang mendukung acara ini, juga tampil membacakan pantun Melayu-Makassar, yang dibuat Ang Ban Tjiong (1910-1938).

Baca Juga : Satupena Sulawesi Selatan Bakal Terbitkan Buku Bersama

Menurut, pengusaha yang juga merupakan anggota Dewan Kebudayaan Kota Makassar itu, dia sengaja membacakan pantun karya Ang Ban Tjiong, supaya kita mengingat peran sastrawan peranakan Tionghoa dalam memajukan budaya Sulawesi Selatan.

Meski berlangsung sederhana, tapi nuansa lokal juga mendapat ruang dalam acara ini. Syahrir Rani Patakaki membacakan sanjak Makassarnya, Akbawakaraeng dan Teaki Seko Pakmaik. Sementara Yuli Purnama Sari, membawakan lagu Makassar, Pantai Losari, Ammakku Bapakku, dan Butta Kalassukangku.

Mereka yang juga tampil baca puisi dan bernyanyi pada hari itu, yakni Fadli Andi Natsif, Andi Ruhban, Andi Marliah dan Sri Gusty. Kegiatan "Senja di Pantai Losari" ini merupakan upaya Satupena Sulawesi Selatan, mewujudkan kota literasi, yang jadi program Pengurus Pusat Satupena, pimpinan Denny JA. (*)