RAKYATKU.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif ReforMiner, Komaidi Notonegoro, menyebut Indonesia butuh investasi global untuk mempercepat transisi energi di dalam negeri.
Menurutnya, hanya mengandalkan kekuatan domestik tidak akan memberikan hasil yang optimal karena investasi perlu dibagi ke berbagai sektor, bukan hanya ke pertambangan. Oleh karena itu, kolaborasi dengan investor global dinilai lebih baik dan optimal dalam berbagai aspek.
"Kebutuhan utamanya terletak pada investasi. Jika investasi masuk ke dalam negeri, berbagai variabel akan tercipta secara otomatis. Penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat di dalam negeri. Selain itu, nilai tambah ekonomi juga akan tercipta di dalam negeri," ujar Komaidi dalam keterangannya, Rabu (7/6/2023).
Pemerintah saat ini pun aktif memfasilitasi lonjakan investasi asing melalui penerapan kebijakan dan kerangka peraturan menguntungkan untuk menarik investor internasional. Salah satu langkahnya melalui penerapan Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) yang diyakini akan memperbaiki iklim investasi di Indonesia.
Namun, tantangan tetap ada dalam memastikan investasi yang berkualitas dan berdampak positif terhadap transisi energi dan pengembangan ekosistem baterai. Investasi berkualitas dapat dilihat dari transfer teknologi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), dan kegiatan industri yang memprioritaskan keberlanjutan.
Komaidi mengatakan, untuk memaksimalkan peran perusahaan asing dalam perekonomian domestik, pemerintah hanya perlu menyesuaikan kebijakan jangka 5, 10, dan 15 tahun mendatang berdasarkan sektor komoditas yang dikerjakan. Misalnya, jika membicarakan perusahaan tertentu, seperti PT Vale Indonesia, maka pemerintah dapat membicarakan kebijakan subsektor mineral dan arahnya pada produksi baterai.
Dalam beberapa waktu ini, produk PT Vale yang dihasilkan di Indonesia telah diterima dengan baik di pasar global, termasuk sebagai pemasok baterai untuk perusahaan otomotif global, Ford Motor Inc.
Di dalam negeri, bisnis perusahaan ini memberikan nilai tambah bagi perekonomian dan memberikan dampak sosial kepada masyarakat. Ke depan, PT Vale Indonesia berencana membangun pabrik peleburan nikel berteknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL) untuk menghasilkan bahan baterai kendaraan listrik.
"Jika dalam kontrak sebelumnya Vale lebih berorientasi pada ekspor, pemerintah dapat melakukan negosiasi ulang agar alokasi produksi dapat dipindahkan ke dalam negeri karena sudah terdapat smelter di Indonesia. Vale tentu memilih ekspor karena biasanya harga di luar negeri lebih tinggi. Namun, jika ada insentif pajak tertentu di dalam negeri, mereka mungkin akan bersedia memasok kebutuhan domestik. Semuanya dapat didiskusikan," jelasnya.
Menurut data Kementerian Investasi, investasi di sektor energi baru dan terbarukan (EBT) mengalami kenaikan 25 persen pada 2021. Selanjutnya, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia butuh investasi hingga USD1 triliun hingga 2060 untuk mengembangkan EBT dan infrastruktur transmisi energi.
Dengan dukungan modal dari investor global, pembangunan infrastruktur energi terbarukan di Indonesia berkembang pesat dan transfer teknologi menjadi mungkin. Potensi energi terbarukan yang besar dapat dimanfaatkan Indonesia berkat kolaborasi dengan investor global.