RAKYATKU.COM - Donald Trump menjadi mantan presiden Amerika Serikat pertama yang menghadapi dakwaan pidana. Usai menghadiri sidang pada Selasa (4/4) sore waktu setempat, Trump telah kembali ke kediamannya di Florida dan berpidato kepada para pendukung.
Trump menyatakan tidak bersalah atas 34 dakwaan pidana yang dijeratkan padanya, termasuk tuduhan kasus suap kepada bintang porno Stormy Daniels.
"Satu-satunya kejahatan yang saya lakukan adalah membela negara kita tanpa rasa takut dari mereka yang berusaha menghancurkannya," kata Trump dalam pidatonya pasca sidang, seperti dikutip CNN.
Baca Juga : AS Kirim VAMPIRE ke Ukraina
Pekan lalu, kejaksaan mengajukan tuntutan pidana terhadap Trump. Meski berfokus pada kasus suap Trump terhadap Stormy Daniels selama kampanye pemilu presiden AS tahun 2016, itu hanya satu dari rentetan penyelidikan yang ditujukan kepada Trump.
Berikut rincian beberapa kasus besar yang didakwakan terhadap Donald Trump:
Intervensi Hasil Pemilu di Georgia
Baca Juga : Penembakan Massal Terjadi di Berbagai Kota AS, Lebih dari 12 Orang Tewas
Trump dituding memaksa Gubernur Negara Bagian Georgia, Brian Kemp untuk mengubah hasil pemungutan suara pilpres AS yang memenangkan Joe Biden di wilayah tersebut.
Seorang sumber mengatakan bahwa Trump meminta Kemp menggelar sesi khusus untuk meyakinkan legislator memilih para voters yang mendukungnya menang.
Dia juga dituduh menelepon Sekretaris Negara Georgia, Brad Raffensperger pada Januari 2021, untuk mencari suara yang dibutuhkan untuk membatalkan kekalahan di Georgia.
Baca Juga : Kremlin Tuduh AS Terlibat dalam Dugaan Upaya Pembunuhan Putin
Atas kasus ini, Trump diduga melanggar setidaknya tiga UU pemilu Georgia: konspirasi untuk melakukan penipuan pemilu, ajakan tindakan kriminal untuk melakukan penipuan pemilu, dan campur tangan yang disengaja dalam pelaksanaan pemilu.
Serangan Gedung Capitol
Panel penyelidikan Kongres AS meyakini Trump dan klaimnya mengenai kecurangan pilpres 2020, telah menyulut penyerangan di Gedung Capitol pada Januari 2021.
Baca Juga : Kolombia Usir Tokoh Oposisi Venezuela yang Didukung AS
Berdasarkan penyelidikan, penyerangan yang menewaskan lima orang dan melukai ratusan orang itu sebagai 'upaya kudeta' agar tetap bisa berkuasa.
Menyembunyikan Dokumen Negara
Pertengahan 2022 lalu, pihak berwenang AS menemukan lebih dari 300 dokumen rahasia pemerintah di rumah pribadi Donald Trump di Florida.
Baca Juga : Pentagon Tempatkan Pasukan di Dekat Sudan
Di antara ratusan dokumen itu diantaranya adalah materi dari Badan Pusat Intelijen AS (CIA) hingga milik Biro Investigasi Federal (FBI).
Trump diduga secara ilegal menyimpan banyak dokumen rahasia negara di rumahnya, pasca lengser dari Gedung Putih. Dari ratusan dokumen itu, 11 di antaranya dilabeli 'sangat rahasia'.
Kasus Suap Stormy Daniels
Trump dituduh membungkam bintang porno Stormy Daniels, agar tutup mulut terkait skandal seks yang melibatkannya pada 2006 silam.
Melalui pengacaranya saat itu yang bernama Michael Cohen, Trump membayar uang suap sebesar US$130 ribu pada Oktober 2016 ke Daniels agar tak mengungkap skandal itu ke publik.
Sebab pada 2016, Trump tengah mencalonkan diri sebagai Presiden AS dari Partai Republik.
Mantan presiden AS berusia 76 tahun itu telah membantah semua tuduhan yang ditujukan pada dirinya. Dia berulang kali mengecam penyelidikan itu sebagai sebuah 'witch hunt' atau 'perburuan politik'.
Bagaimana Kelanjutan Proses Hukum Trump?
Trump telah menyatakan diri tidak bersalah atas semua tuntutan di pengadilan.
Hakim Pengadilan Manhattan, Juan Merchan, telah memperingatkan Trump untuk tidak mengeluarkan komentar yang dapat 'membahayakan supremasi hukum' atau menciptakan kerusuhan.
Pasca pembacaan dakwaan di pengadilan Manhattan Selasa (4/4) sore waktu setempat, Trump telah terbang kembali ke kediaman pribadinya di Florida.
Setiba di kediamannya, Trump mengadakan acara dengan para pendukungnya di resor Mar-a-Lago miliknya.
Pada kesempatan itu, sebagaimana diberitakan CNN, Trump menyebut dakwaan terhadap dirinya sebagai perlawanan politik, terlebih karena ia akan kembali mencalonkan diri dalam pilres AS tahun 2024.
Rencananya, sidang dengar pendapat (court hearing) berikutnya untuk kasus Trump akan kembali digelar pada 4 Desember mendatang.
Sumber: CNN Indonesia