GOWA --Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Gowa terus melakukan upaya penanganan stunting. Salah satu yang dilakukan TP PKK Kabupaten Gowa adalah melakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita di Kecamatan Manuju, Rabu (14/12).
PMT diserahkan oleh Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gowa, Mussadiyah Rauf bersama jajaran TP PKK Gowa. Mussadiyah mengatakan bahwa PMT diserahkan kepada Balita dan anak yang mengalami Stunting
“Ada tiga desa di Kecamatan Mamuju yang kami kunjungi untuk menyerahkan PMT ini yaitu Desa Moncongloe, Desa Manuju, dan Desa Tassese,” kata istri Wakil Bupati Gowa, H Abd Rauf Malaganni ini.
Baca Juga : Adnan Dapat Izin Pj Gubernur untuk Cuti Kampanye di Pilkada Gowa
Lanjutnya stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang anak balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada rumah tangga 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Sehingga menurutnya kegiatan yang dilakukannya ini salah satu tujuannya adalah untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Gowa khususnya yang ada di Kecamatan Manuju.
"Tujuan utama kami tentu dengan adanya Pemberian Makanan Tambahan ini sebagai upaya kita untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Gowa khususnya yang ada di kecamatan Manuju. Ada tiga desa disini yangbkami berikan bantuan makanan tambahan yaitu Desa Moncongloe, Desa Manuju dan Desa Tassese," tuturnya.
Baca Juga : Bupati Gowa Ajak Pemuda Sambut Bonus Demografi
Dirinya menyebutkan adapun sejumlah Makanan Tambahan yang diserahkan kepada masing-masing desa yakni berupa telur, beras, susu, kacang merah, kacang hijau, dan juga biskuit.
Ia berharap, dengan adanya pemberian makanan tambahan bagi balita dan anak di setiap desa, mampu menurunkan angka stunting di Kabupaten Gowa, khususnya di Kecamatan Manuju.
"Semoga angka stuntingnya bisa turun menjadi nol untuk semua desa di Kecamatan Manuju," harapnya.
Baca Juga : Inovasi UMKM DWP Gowa Jadi Lokus Studi Tiru Kota Baubau
Sementara itu, Kepala Puskesmas Manuju, Panca Risnaeli menuturkan, stunting ini akibat kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga masa setelah lahir, akan tetapi nanti tampak stunting setelah bayi berusia 2 tahun.
"Dengan demikian, usia 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan masa emas yang sangat penting mendapat perhatian baik dari aspek nutrisi maupun kesehatan lingkungan sekitar rumah tangga. Periode 1.000 HPK seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan," terangnya.
Lanjutnya, dirinya menjelaskan bahwa stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Olehnya itu, Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK dari anak balita.
Baca Juga : Bupati Gowa Sebut Pendidikan Kunci Peningkatan SDM Unggul
Intervensi stunting memerlukan konvergensi program dan upaya sinergis pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Pada tahun 2020, 2021, dan 2022, Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa telah mengadakan Rembuk Stunting dengan menetapkan 55 lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitif pada lokus tersebut.
"Untuk semakin memperkecil potensi terjadinya stunting maka konvergensi/keterpaduan lintas sektor dibutuhkan dalam melakukan intervensi pencegahan stunting," terangnya.