Kamis, 08 Desember 2022 11:04
Ilustrasi.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) memastikan data beras yang dikeluarkan selama ini merupakan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan.

 

Hal ini ditegaskan Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama jajaran Komisi IV DPR RI di Gedung Parlemen Jakarta, Rabu (7/12/2022).

"Kita ada petugas yang terlibat setiap bulan itu 6.223 petugas dan yang kita amati sebanyak 229.437 titik di seluruh Indonesia. Jadi, itu yang kita foto setiap bulan untuk mengamati fase pertumbuhan daripada padi," ujarnya.

Baca Juga : Mentan RI Amran Tinjau Lokasi Sebelum Kunker Presiden Jokowi di Bone

Seperti diketahui, BPS dalam melakukan penghitungan jumlah produksi beras dan lahan baku sawah tetap menggunakan Kerangka Sampel Area (KSA). Bagi BPS, metode tersebut merupakan metode terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini.

 

"Metode KSA itu adalah yang terbaik yang dimiliki kita sekarang. Jadi, kalau bicara teknik metodologi, kita itu pertama melakukan pengamatan dan melibatkan banyak pihak. Termasuk BRIN. Jadi, surplus kita yang 1,7 juta ton itu adalah struktur selama setahun," katanya.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), mengaku sangat yakin dengan data dan hitungan BPS mengenai jumlah stok beras nasional. Karena itu, SYL mengatakan bahwa produktivitas beras Indonesia saat ini dalam kondisi yang sangat baik.

Baca Juga : Mentan Serahkan Bantuan Pertanian Senilai Rp410 Miliar untuk Bencana di Sulsel

Kementerian Pertanian (Kementan) pun mengajak seluruh pihak, termasuk Bulog, Bapanas, dan para petani di seluruh daerah agar menguatkan kolaborasi dan sinergitas.

"Maka itu kita enggak boleh saling salahkan. Memang kita harus ada dan tidak boleh ada persoalan. Saya kira sangat berbahaya kalau semua (surplus) beras kita yang 1,7 (juta ton) itu dikuasi pedagang semua," tuturnya.

Menurut SYL, harga yang terjadi saat ini merupakan harga wajar karena petani di seluruh Indonesia tengah menikmati hasil jerih payahnya selama berproduksi. Apalagi cost produksi saat ini juga dalam keadaan tinggi.

Baca Juga : Indonesia Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian dengan Iran

"Kalau harga seperti ini kamu tanya saya sebagai menteri, saya minta maaf inilah harga yang paling wajar karena cost produksi juga lagi naik. Tetapi, kan, pemerintah harus ada di antara mereka. Kita tidak boleh saling salahkan memang kita harus ada dan tidak boleh ada persoalan," jelasnya.