RAKYATKU.COM -- Perpustakaan itu bukan hanya tempat menyimpan dan meminjam buku tapi sudah jadi master data. Semua koleksi buku, karya cetak dan karya rekam tersimpan di situ.
Begitu pandangan Wakil Bupati Tana Toraja, dr Zadrack Tombe', saat berbicara dalam kegiatan Roadshow Pengembangan Literasi dan Minat Baca Kabupaten Tana Toraja Tahun 2022, yang diadakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Sulsel.
Kegiatan bertema "Pemanfaatan Trend Aplikasi Media Sosial untuk Perpustakaan yang Berbasis Inklusi Sosial" ini diadakan di Grand Hotel Metro Permai, Kabupaten Tana Toraja, Senin (19/92022).
Zadrack Tombe' menyampaikan, saat ulang tahun Kabupaten Tana Toraja, 2022, sudah di-launching Lovely December, yang punya kaitan dengan kegiatan ini.
Promosi pariwisata juga perlu melalui platform digital. Menurutnya, era digital sudah merupakan kebutuhan. Karena manfaatnya mempersingkat waktu, biaya dan mempermudah koneksi dengan dunia luar.
Dikatakan, perpustakaan berbasis inklusi sosial itu berarti perpustakaan yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Kita dengan mudah mengakses bahan bacaan dan layanan publik. Itu berarti kita dituntut taat hukum karena semua terbaca secara transparan.
"Ke depan, perlu dilakukan workshop agar peserta bisa langsung praktik dan mengaplikasikan materi yang didapat,' sarannya.
Eric Crystal Rante Allo, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tana Toraja, mengaku senang karena ada banyak kepala dinas yang hadir.
Tak kurang 10 kepala dinas yang hadir, antara lain Kadis Kominfo, Kadis Pariwisata, Kadis Perhubungan dan Kadis Pendidikan. Kegiatan ini juga diikuti Camat, Lurah dan Kepala Lembang, Kepala Sekolah, guru, dan pustakawan.
Eric Crystal mengatakan, warga Tana Toraja bangga karena punya perpustakaan baru yang termasuk megah di Sulsel. Perpustakaan itu merupakan bantuan Perpusnas RI melalui DPK Provinsi Sulsel.
Konsepnya juga dibuat nyaman layaknya kafe karena pengunjung bisa ngopi dan menikmati teh gratis. Ada 10 ribu judul buku koleksi perpustakaan yang bisa dibaca.
"Ini dunia informasi yang musti terus dibagikan agar bermanfaat bagi banyak orang," katanya.
Pemerintah, lanjutnya, tengah mengintensifkan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Meski tantangannya bagaimana mengubah budaya tutur menjadi budaya tulis. Karena itu dia memulai gerakan literasi dari lingkungan kerjanya dengan memotivasi stafnya membaca apa saja.
Rusdin Tompo, penulis buku dan penggiat literasi, yang diundang sebagai narasumber dalam kegiatan ini, berbagi pengalaman membangun budaya literasi pada anak sejak dini.
Katanya, mengajak anak ke toko buku dan perpustakaan, serta memberikan keluasan baginya memilih buku yang disukai, adalah salah satu cara mengakrabkan anak pada kegemaran membaca.
"Kalau kita tidak bisa menghadirkan perpustakaan sendiri di rumah maka ajaklah anak berekreasi ke perpustakaan atau taman baca," saran Koordinator Perkumpulan Penulis Satupena Sulawesi Selatan itu.
Perpustakaan, menurutnya, memang mesti dihidupkan dengan berbagai kegiatan kreatif dan menarik. Begitupun dengan kegiatan literasi, tak hanya berkaitan dengan perpustakaan dan Dinas Perpustakaan. Setiap perangkat daerah bisa mengembangkan literasi sesuai tugas pokok dan fungsinya.
Bunda Literasi Kabupaten Tana Toraja, Dr Erni Yetti Riman, menyatakan prihatin melihat ibu-ibu yang tak bisa lepas dari penggunaan smartphone. Saat berada di Posyandu pun mereka asyik dengan HP-nya dan menggunakan HP-untuk membujuk anaknya. Padahal penggunaan HP secara berlebihan bagi anak, akan merugikan masa depan anak bersangkutan.
Ismail Bachtiar, SKM, anggota Komisi E DPRD Provinsi Sulawesi Selatan juga menyampaikan bahwa era digital memang menawarkan banyak hal yang serba praktis dan instan.
Namun diingatkan agar kita selalu kritis dan bijak menggunakan berbagai platform digital untuk kegiatan-kegiatan kreatif dan produktif. Sehingga dia menilai kegiatan yang dilakukan DPK Provinsi Sulsel ini menjadi penting dan sangat bermanfaat. (*)