Senin, 15 Agustus 2022 11:42
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria. (Foto: IPB)
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, JAKARTA - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria, mengapresiasi capaian swasembada beras Indonesia selama tiga tahun berturut-turut. Menurutnya, capaian ini merupakan kado istimewa momentum peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-77 kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Indonesia sukses memenuhi kebutuhan pangannya sendiri di tengah ancaman pandemi Covid-19 dan juga krisis global lainnya.

 

"Saya menyampaikan ucapan selamat dan apresiasi yang setinggi-tingginya atas pencapaian Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan beras di masa pandemi Covid-19 tanpa impor. Indonesia dipandang sebagai negara yang mampu berswasembada sekaligus memiliki resiliensi ketangguhan menghadapi Covid-19. Penghargaan ini menjadi hadiah hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77," ujar Arif, Ahad (14/8/2022).

Arif menjelaskan, keberhasilan ini merupakan akumulasi dan kerja keras semua pihak, termasuk upaya jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mengimplementasikan semua arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan produksi selama pandemi.

Baca Juga : Mentan RI Amran Tinjau Lokasi Sebelum Kunker Presiden Jokowi di Bone

"Di antaranya pengembangan varietas unggul, intensifikasi dan ekstensifikasi, pemupukan yang lebih baik dan bijak, membangun bendungan, memperbaiki saluran irigasi, memanfaatkan sistem mekanisasi, pemberian kredit usaha rakyat, dan pendampingan penguatan kelembapan petani," paparnya.

 

Menurut Arif, semua program tersebut telah meningkatkan produktivitas padi nasional sehingga produktivitas Indonesia berada di nomor dua tertinggi di Asia Tenggara. Program-program tersebut juga telah menyebabkan ketersediaan beras Indonesia relatif aman dan mencukupi.

"Bahkan, data survei stok beras yang dilakukan BPS (Badan Pusat Statistik) berada di kisaran 9,7 juta ton hingga 10,2 juta ton pada periode April hingga Juni 2022. Kita berterima kasih kepada para petani yang telah bekerja keras untuk mencapai swasembada ini," ucapnya.

Baca Juga : Mentan Serahkan Bantuan Pertanian Senilai Rp410 Miliar untuk Bencana di Sulsel

Meski demikian, kata Arif, Indonesia masih dihadapkan pada banyaknya jumlah penduduk dan tingginya konsumsi beras per kapita selama lima tahun terakhir. Karena itu, kata dia, Indonesia perlu bekerja lebih keras untuk mengoptimalkan semua lahan intensifikasi, ekstensifikasi, maupun program diversifikasi pangan berbasis bahan pangan lokal.

"Kita harus produktifkan lagi pertanian di lahan marginal, seperti lahan rawa lahan eks tambang, lahan pasang surut, dan lahan dengan salinitas tinggi. Semua perlu dicarikan terobosan teknologi yang lebih visible," tuturnya.

Arif juga mengatakan perlunya menekan laju konversi lahan sawah produktif sebagai bagian dari upaya peningkatan ketersediaan pangan nasional. Kemudian, diperlukan juga upaya penurunan food loss and food waste untuk mencapai pertanian yang presisi.

Baca Juga : Indonesia Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian dengan Iran

"Kita perlu menekan food lose yang saat ini mencapai kurang lebih 9-11 persen. Kita juga harus bisa merubah perilaku konsumen untuk bisa menekan yang saat ini kontribusinya hingga sampai 9 persen," jelasnya.