RAKYATKU.COM -- "Hari ini kita merayakan Hari Puisi Indonesia, sembari membaca puisi-puisi bertema cinta. Tema yang universal, yang bisa diterima lintas generasi, dan tetap aktual," begitu pengantar yang disampaikan Rusdin Tompo dari Komunitas Puisi (KoPi) Makassar, yang juga merupakan Koordinator Satupena Sulawesi Selatan, sebagai pembuka acara Sastra Sabtu Sore di Roemah Lamdoek, Sabtu, (30/7/20220).
Bagi penulis dan editor yang sudah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi itu, Sastra Sabtu Sore memang diharapkan tak hanya diadakan di satu tempat. Namun dilakukan berpindah agar mendekatkan sastra ke masyarakat sebagai ikhtiar gerakan literasi. Selama ini Sastra Sabtu Sore pernah diadakan di taman, perpustakaan, warung kopi dan kafe.
Disampaikan bahwa dia memang mengimpikan pembacaan karya sastra, khususnya puisi, seperti laiknya live music yang biasa ada di kafe atau tempat-tempat umum lainnya. Tujuannya sebagai sarana edukasi agar karya sastra semakin dekat dan tak berjarak dengan masyarakat pembacanya.
Baca Juga : Teken MoU dengan Satupena Sulsel, Lurah Maccini Sombala Komitmen Kembangkan Literasi Lorong
Setelah ide itu dikomunikasikan dengan pemilik dan pengelola Roemah Lamdoek, yang berada di Jalan Lamadukelleng, Makassar, rupanya gayung bersambut. Sastra Sabtu Sore pun digelar, memanfaatkan momen Hari Puisi Indonesia (HPI), yang diperingati setiap tanggal 26 Juli.
HPI ini merujuk pada hari kelahiran penyair Chairil Anwar. Pada tahun ini, pelaksanaan HPI bertepatan dengan peringatan 100 tahun pelopor Angkatan '45 tersebut.
Sastrawan Yudhistira Sukatanya mengakui ada nuansa berbeda dari gelaran acara Sastra Sabtu Sore kali ini. Itu karena pembacaan puisi mengambil tempat di area terbuka Roemah Lamdoek.
Baca Juga : Koordinator Satupena Sulsel: Menulis Itu Wujud Sikap Kritis dan Kepedulian
Menurut penulis naskah dan sutradara teater itu, suasananya seperti kita membaca puisi di halaman belakang rumah, sambil nyanyi bersama dengan riang.
Sore hingga menjelang malam itu, para pembaca puisi memang tidak tampil sendiri. Mereka diiringi oleh Romy dengan petikan gitarnya yang mengalun sepanjang acara. Romy merupakan guru musik yang biasa memberi les privat. Dia sengaja hadir untuk berkolaborasi dengan para pembaca puisi.
Para pembaca puisi pun tak semua merupakan anggota KoPi Makassar dan pengurus Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Sulawesi Selatan. Mereka datang dari berbagai latar belakang hanya untuk membaca puisi. Kebanyakan puisi yang dibacakan merupakan karya sendiri.
Baca Juga : Satupena Sulsel dan Kelurahan Maccini Sombala Kerjasama Kembangkan Literasi Budaya dan Kewargaan
Para pembaca puisi antara lain Putri Kumalasari, yang merupakan Duta GenRe Sulawesi Selatan, Indah, novelis, Lisana, mahasiswa, dan Mutmainnah yang datang membaca puisi ditemani anak kecilnya.
Putri Kumalasari, yang masih merupakan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, diberi hadiah buku puisi oleh Maysir Yulanwar, begitu selesai tampil membaca puisi. Para pembaca lain di luar KoPi diberi hadiah buku yang sama berjudul "Sembunyi".
Para pembaca puisi seolah tampil tanpa beban. Mereka tak ragu naik panggung secara bergantian. Kalaupun tidak membaca puisi, pilihannya bernyanyi dengan lagu-lagu yang akrab di telinga. Sehingga penonton pun ikut berdendang. Rerata para pembaca puisi membacakan puisi lebih dari satu bahkan tampil berulang, saking semangatnya.
Baca Juga : Pengalaman Pertama, Rusdin Tompo Baca Puisi di Resepsi Pernikahan
Mereka yang meramaikan Sastra Sabtu Sore edisi HPI 2022 adalah pasangan suami istri Yudhistira Sukatanya dan Dewi Ritayana, Rosita Desriani, Handayani Hasan, Maysir Yulanwar, Agus K Saputra, Rahmat Soni, dan Wawan dari Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ).
Sebelumnya, Satupena Sulawesi Selatan juga memperingati HPI 2022, berkolaborasi dengan KPJ, yang tengah merayakan ulang tahun ke-16. Acara Sastra Sabtu Sore berikutnya, dijadwalkan akan kembali diadakan di Roemah Lamdoek, pada minggu keempat bulan Agustus 2022 ini.