RAKYATKU.COM - China dengan tegas menentang pasokan senjata yang terus dilakukan Amerika Serikat ke Taiwan. China memperingatkan AS agar tak main api.
China mendesak Amerika Serikat untuk membatalkan rencana penjualan senjata ke Taiwan senilai sekitar US$108 juta atau setara Rp1,6 triliun.
"China benar-benar menentang dan mengecam keras [penjualan ini]. Kami sudah melayangkan pernyataan serius ke AS," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, pada Senin (18/7), sebagaimana dikutip CGTN.
Baca Juga : Gandeng 14 Kampus Terbaik Taiwan, Kini Unismuh Miliki Kerja Sama Internasional dengan 14 Negara
Pernyataan Wang mewanti-wanti AS setelah Negeri Paman Sam menyetujui kemungkinan penjualan bantuan teknis militer ke Taiwan senilai US$108 juta.
Jika pasokan senjata ini benar terjadi, maka akan menjadi penjualan senjata kelima AS ke Taiwan sejak Presiden Joe Biden berkuasa mulai Januari 2021. Ini juga akan menjadi penjualan senjata keempat AS ke Taiwan pada tahun ini.
"Tindakan AS menunjukkan tujuan jahat mereka untuk mempersenjatai Taiwan dan melawan China melalui Taiwan. Kami meminta AS berhenti memainkan kartu Taiwan dan bermain api, atau mengintervensi status quo Taiwan," ucap Wang, seperti dilansir Sputnik.
Baca Juga : Tekanan Barat Mendekatkan Tiongkok dan Rusia
Penolakan China nampaknya tidak dihiraukan oleh AS yang menegaskan mereka bakal tetap menjual senjata ke Taiwan. Kementerian Pertahanan AS menekankan bahwa Taiwan meminta bantuan mereka.
Bantuan itu mencakup bagian cadangan dan perbaikan tank serta kendaraan tempur. Selain itu, Taiwan juga meminta bantuan teknis dan logistik dari pemerintah AS bersama kontraktor.
Juru bicara Kemlu AS, Ned Price, menyatakan negaranya mengemban tanggung jawab di bawah hukum untuk menyuplai bantuan militer ke Taiwan untuk mempertahankan diri.
Baca Juga : Negara-negara BRICS Serukan Penolakan Standar Ganda Dalam Melindungi HAM
"Di bawah Undang-Undang Relasi Taiwan, kami memungkinkan Taiwan menerima bantuan pertahanan yang diperlukan agar Taiwan dapat mempertahankan diri," ucap Price.
"Ini merupakan hal yang sudah dilakukan pula oleh pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Ini benar-benar sesuai dengan kebijakan satu China kami."
AS mulai terbuka memasang badan untuk membela Taiwan pada 2018, ketika mereka meneken Undang-Undang Relasi Taiwan (TRA). Berdasarkan TRA, AS dapat menjalin hubungan dengan "rakyat Taiwan" dan pemerintahnya, tanpa menjelaskan secara spesifik pemerintahan yang dimaksud.
Baca Juga : AS Kirim VAMPIRE ke Ukraina
Seperti diberitakan Reuters, TRA juga menegaskan bahwa AS mau menjalin hubungan diplomatik dengan China atas dasar pemahaman bahwa "masa depan Taiwan" akan ditetapkan dengan damai.
China selama ini menganggap Taiwan sebagai bagian dari kedaulatannya di bawah prinsip "Satu China" yang terus mereka gaungkan. Namun klaim tersebut bertolak belakang dengan Taipei yang kian getol mencari jalan kemerdekaan. China pun selalu marah ketika negara lain menjalin relasi dengan Taiwan.
Sumber: cnnindonesia.com