Minggu, 26 Juni 2022 15:29
Ilustrasi sapi
Editor : Syukur Nutu

RAKYATKU.COM, MAROS - Satu ekor sapi yang mati di Desa Marumpa Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan pada 23 Juni lalu negatif antraks.

 

Kepastian ini seperti disampaikan Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros, Kementerian Pertanian (Kementan), Risman Mangidi.

Ia jelaskan, kepastian ini diperoleh setelah hasil dari investigasi dan penggalian informasi yang dilakukan oleh tim gabungan dinas pertanian dan ketahanan pangan Kabupaten Maros bersama BBVet. Tim Investigasi BBVet Maros dipimpin oleh drh. Erdi Purwanto, M.Biomed bersama Drh. Nana Junita dan Arham dari Puskeswan Kab. Maros.

Baca Juga : Kunjungan Kerja ke Gowa, Mentan Ingatkan Distributor Pupuk Tak Macam-macam

Risman mengungkapkan, sampel dari kasus kematian ternak tersebut terkonfirmasi negatif B.antracis penyebab Antraks. "Hasil ini diketahui setelah dilakukan pengujian labolatorium," ujar Risman dalam keterangan tertulisnya pada hari ini Minggu (26/6/2022).

 

Ia menjelaskan, pengambilan sampel dilakukan di lokasi kematian dengan aseptis dengan memperhatikan biosekuriti, serta resiko terhadap kemungkinan kematian ternak tersebut yang disebabkan oleh agen yang bersifat zoonosis dan berbahaya.

Menurutnya, sampel yang diambil berupa tanah di sekitar daerah lubang kumlah pada posisi sapi mati, swab, preparat ulas dan potongan telinga. Selanjutnya dilakukan pengujian isolasi bakteri di laboratorium BBVet Maros untuk mengkonfirmasi penyebab kematian ternak tersebut.

Baca Juga : Mentan Andi Amran Sulaiman Apresiasi Penjabat Gubernur Prof Zudan

"Selama ini di Sulawesi Selatan, penyebab kematian mendadak ternak ruminansia secara umum disebabkan oleh keracunan, malnutrisi dan antraks", ungkap Risman. "Karena merupakan daerah endemis antraks, sehingga nekropsi bukan merupakan pilihan yang harus dilakukan," imbuhnya.

Lebih lanjut Risman katakan, jika daerah tersebut juga sebagian besar peternak melakukan pemeliharaan dengan sistem ekstensif. Ternak hanya berada di kandang pada malam hari dan siang hari dilepas ke area penggembalaan.

"Cuaca yang ekstrim akhir-akhir ini menyebabkan ternak dapat dehidrasi di area penggembalaan," kata Risman.

Baca Juga : Kementerian Pertanian Beri 300 Beasiswa Pengembangan SDM Sawit untuk Lulusan SMA di Sulsel

Meskipun sudah dipastikan negatif antraks, namun pihaknya akan melakukan investigasi lanjutan. Hal ini menurut Risman, untuk memastikan situasi penyakit hewan khususnya di Kabupaten Maros dalam kondisi terkendali dan aman.

"Untuk menelusuri penyebab kematian tersebut, akan dilakukan investigasi lanjutan dan monitoring bersama oleh tim Dinas Ketahanan Pangan Kab. Maros di wilayah kejadian kasus sekaligus untuk memastikan bahwa situasi penyakit hewan aman dalam menyambut Hari Raya Iduladha tahun 2022," pungkasnya.