Selasa, 07 Juni 2022 13:36
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, BOGOR - Kesejahteraan petani selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Demikian dikatakan Ketua Bidang Kajian Kebijakan Pertanian pada Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi), Edi Santosa.

 

Menurut Edi, peningkatan tersebut bisa dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Januari 2022, yakni nilai tukar petani (NTP) mencapai 108,67 atau naik 0,30 persen. Sementara, nilai tukar usaha petani (NTUP) mencapai 108,65 atau naik 0,12 persen. Selain itu, terdapat juga rangkaian kurva NTP yang sangat positif yang terjadi di sepanjang periode 2020 lalu.

"Saya percaya kalau NTP dan NTUP naik artinya kesejahteraan petani juga naik. Keduanya adalah indikator pasti yang sudah melalui hitungan BPS," kata Edi, Selasa (7/6/2022).

Baca Juga : Mentan RI Amran Tinjau Lokasi Sebelum Kunker Presiden Jokowi di Bone

Edi mengatakan, kenaikan NTP dan NTUP juga berarti adanya kenaikan produksi. Hal ini membuktikan bahwa produksi nasional terus mengalami peningkatan signifikan. Seperti diketahui, Indonesia sudah tiga tahun berturut-turut tidak melakukan impor beras.

 

"Saya kira peningkatan ini tidak lepas dari tiga hal. Pertama, peningkatan kualitas benih, kedua penyediaan pupuk dan ketiga penggunaan alsintan. Menurut saya inilah yang disebut pertanian maju, mandiri dan modern di bawah Meteri SYL (Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo)," katanya.

Edi menilai bahwa tantangan produksi padi saat ini tidaklah mudah. Apalagi Indonesia dan juga Negara-negara di dunia sama-sama menghadapi krisis yang sama. Belum lagi adanya perang negara antara Rusia dan Ukraina yang berdampak langsung pada kenaikan harga-harga.

Baca Juga : Mentan Serahkan Bantuan Pertanian Senilai Rp410 Miliar untuk Bencana di Sulsel

"Indonesia adalah negara yang cukup berhasil dalam meningkatkan produksi padi dan jagung sehingga ketersediaanya selalu stabil, terutama di saat pandemi seperti saat ini," ucapnya.

Sebagai informasi, data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyebut bahwa Indonesia pada 2018 menduduki peringkat kedua dari sembilan negara negara FAO di Benua Asia yang menghasilkan produksi beras melimpah.

Adapun urutannya Vietnam 5,89 ton/hektare, Indonesia 5,19 ton/hektare, Bangladesh 4,74 ton/hektare, Filipina 3,97 ton/hektare, India 3,88 ton/hektare, Pakistan 3,84 ton/hektare, Myanmar 3,79 ton/hektare, Kamboja 3,57 ton/hektare, dan Thailand 3.l,09 ton/hektare. Bahkan, untuk tingkat Asia posisi produktivitas Indonesia berada di peringkat kedua setelah Vietnam.

Baca Juga : Indonesia Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian dengan Iran

"Karena itu keberhasilan ini perlu kita dukung bersama agar ke depan Indonesia menjadi negara kuat yang berdaulat atas panganya sendiri," katanya.

Terpisah, pengamat pangan dari Universitas Brawijaya, Mangku Purnomo, mengapresiasi keberhasilan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan produksi padi dan jagung nasional. Baginya, keberhasilan ini merupakan bukti bahwa Indonesia adalah negara pertanian yang sangat kuat dan bisa diperhitungkan di kancah internasional.

"Yang pasti kita telah menunjukan kepada Negara-negara di dunia bahwa kita adalah bangsa pertanian terkuat yang memiliki potensi besar di sektor pertanian," ujarnya. (*)