RAKYATKU.COM - Kementerian Pertanian (Kementan) menggenjot produksi padi di Provinsi Lampung melalui Gerakan Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 400 atau sistem tanam dan panen empat kali setahun.
Upaya peningkatan produksi padi provinsi yang menduduki peringkat pertama kategori provinsi dengan peningkatan produksi padi tertinggi 2019-2020 ini sangat penting agar Indonesia semakin kuat mewujudkan swasembada beras berkelanjutan dan kesejahteraan petani meningkat.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, menjelaskan gerakan peningkatan IP Padi menjadi 400 ini dengan terobosan teknologi melalui dukungan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) serta mengedepankan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Baca Juga : Mentan RI Amran Tinjau Lokasi Sebelum Kunker Presiden Jokowi di Bone
Program prioritas Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), adalah peningkatan produksi pangan sehingga gerakan IP400 menjadi terobosan untuk meningkatkan produksi padi di tengah tantangan perubahan iklim ekstrem.
"Sesuai petunjuk Bapak Mentan SYL, untuk membuat terobosan dengan cara baru meningkatkan produksi, mengejar swasembada pangan. Sejak tahun 2019 sampai hari ini tidak ada impor beras. Artinya stok ketersediaan pangan dalam negeri lebih dari cukup. Hal yang sama adalah dalam rangka mencukupi kebutuhan menjelang Idul Fitri 2022, beras dijamin cukup bahkan dengan pangan strategis lainnya," ujar Suwandi dalam acara Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani Episode 405 bertemakan Strategi dan Implementasi Peningkatan Produksi melalui IP400, Selasa (5/4/2022).
Suwandi menjelaskan selain peningkatan produksi, hal yang perlu penguatan terkait perberasan adalah dinamika harga dan aspek distribusi terkait dengan persediaan. Setiap tahun data BPS menunjukan adanya surplus, sekitar hampir 1,3 sampai 2 juta ton setiap tahunnya, provinsi Lampung salah satu penyumbang stok beras nasional karena termasuk 10 besar produsen beras nasional.
Baca Juga : Mentan Serahkan Bantuan Pertanian Senilai Rp410 Miliar untuk Bencana di Sulsel
"Karena itu, jika tidak dilakukan terobosan baru, tantangan semakin berat. Penduduk Lampung setiap hari bertambah sehingga kebutuhan konsumsi naik. Sementara di lampung terdapat laju konversi lahan. Kemudian untuk melakukan cetak sawah biaya tinggi dan lokasinya tidak mudah, sehingga diperlukan solusi terkait hal-hal tersebut seperti IP400," terang Suwandi.
Lebih lanjut Suwandi menuturkan IP400 bukan proyek, namun IP400 itu adalah gerakan. Yakni gerakan yang sustainable karena dari kemauan bersama untuk memajukan produksi meningkatkan pendapatan dan merupakan terobosan yang lebih baik.
"Tantangannya adalah ketersediaan air, benih dan mekanisasinya. Air harus ada walaupun sedikit karena untuk pertumbuhannya saja. Lahan kering yang ada saja bisa dibantu dengan sumur. Kemudian penggunaan pupuk organic juga penting karena pada saat ini pupuk kimia harganya masih mahal," Tambahnya.
Baca Juga : Indonesia Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian dengan Iran
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Lampung, Kusnardi, mengatakan terdapat permasalahan dalam peningkatan produksi melalui IP400. Yakni petani belum terbiasa menggunakan varietas genjah dan sangat genjah, growing system pada petani belum maksimal dan ketersediaan air masih terbatas sepanjang tahun. Kemudian juga pupuk dan alsintan masih terbatas serta dukungan irigasi masih belum optimal.
"Oleh karena itu, strategi yang digunakan adalah rekayasa sosial dan rekayasa teknologi. Rekayasa sosial dilakukan lebih awal mengingat perilaku petani belum terbiasa melaksanakan IP400. Kemudian rekayasa teknologi difokuskan pada penggunaan varietas unggul VUG dan VUSG, persemaian kering, penggunaan alsintan dan teknologi hemat air," jelas Kusnardi.
Suradi, Ketua Kelompok Tani Lestari I Kp. Sukabumi, Kecamatan Buay Bahuga Provinsi Lampung menuturkan pengalamannya dalam pelaksanaan IP400. Awalnya terjadi pro dan kontra antar petani, dimana para petani beranggapan bahwa akan terjadi kerusakan tanah sehingga banyak petani yang meragukan hal tersebut.
Baca Juga : Pj. Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran atas Solusi Cepat Bagi Petani
"Namun pada akhirnya para petani mau melakukan IP400. Hingga saat ini 90 persen sudah melaksanakan IP400. Untuk program IP400 menggunakan padi genjah, keberhasilan sangat jelas kami rasakan," tuturnya.
Suradi menegaskan banyak keuntungan yang diperoleh dari program IP400 ini. Yakni peningkatan produksi cukup tajam dari 6 ton sekarang mencapai 7 sampai 8 ton. Dengan adanya IP400 ini dapat meningkatkan perekonomian rakyat.
"Namun, juga terdapat kendala yaitu hama tikus. Semua itu tetap diatasi dengan kekompakan dari berbagai pihak sehingga hama tikus tersebut dapat kita kendalikan," tandasnya. (*)