Rabu, 02 Maret 2022 13:43
Ilustrasi.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan produksi padi Januari–April 2022 diperkirakan naik 7,7 persen atau setara 14,63 juta ton jika dibandingkan periode yang sama pada 2021 lalu sebesar 13,58 juta ton.

 

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, mengatakan semua perhitungan tersebut dilakukan melalui metode kerangka sampel area (KSA) yang pengamatannya sudah memakai teknologi sistem informasi geografi (SIG). Kenaikan produksi padi tidak bisa dilepaskan dari kenaikan potensi luas panen. Pada Januari–April 2022, luas panen berpotensi mencapai 4,81 juta hektare.

"Angka tersebut kami hitung berdasarkan metode KSA. Hasilnya, potensi luas panen kita mencapai 4,81 juta hektare atau naik 0,38 juta hektare dibanding periode yang sama tahun lalu. Secara persentase ini kenaikannya mencapai 8,58 persen," ujar Setianto, Selasa (1/3/2022).

Baca Juga : Bulan Agustus, BPS Catat Inflasi Sulsel 1,77 Persen

Sementara itu, BPS turut mencatat produksi beras pada Indonesia pada 2021 mengalami penurunan sebesar 0,45 persen dari produksi pada tahun sebelumnya yang mencapai 31,5 juta ton. Namun, menurut Setianto, penurunan ini disebabkan beberapa faktor, di antaranya bencana alam dan kekeringan yang cukup panjang.

 

"Antara lain terjadi kemarau yang lebih tinggi pada bulan Agustus dan September 2021, juga karena bencana atau musibah banjir di awal tahun serta adanya erupsi gunung Semeru dan serangan hama di beberapa tempat," katanya.

Berikutnya, kata Setianto, penurunan selama 2021 juga disebabkan peralihan tanaman padi ke tanaman lain yang terjadi selama Agustus dan September 2021. Banyak petani memanfaatkan lahan kering sebagai tempat berkebun.

Baca Juga : OJK dan BPS Umumkan Hasil SNLIK tahun 2024, Begini Temuan Surveinya

"Karena kemarau mereka lalu beralih karena terjadi kekurangan air. Kekeringan memang berdampak luas terhadap panen padi yang jauh lebih rendah dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya," ucapnya.

Selain itu, curah hujan yang cukup tinggi juga menyebabkan banyak tanaman padi rusak sehingga berdampak pada luas panen di sepanjang Oktober hingga Desember 2021.

"Penyebab lainya intensitas curah hujan yang cukup tinggi di akhir 2021 sehingga berdampak pada luas panen di sepanjang Oktober Desember 2021," katanya.

Baca Juga : Mentan RI Amran Tinjau Lokasi Sebelum Kunker Presiden Jokowi di Bone

Namun, di sisi lain, beberapa provinsi tetap mengalami kenaikan panen seperti yang terjadi di Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Papua. Di Sulsel produksinya mencapai 382,17 ribu ton gabah kering giling atau meningkat 8,12 persen. Sementara, di Jateng produksinya mencapai 129,49 ribu ton atau 1,36 persen. Lalu, Papua 120,28 ribu ton atau 72,46 persen. (*)