Senin, 21 Februari 2022 20:49
Peresmian Program Kampung Iklim ini dilaksanakan di dua desa di Kabupaten Maros, yakni Desa Simbang dan Desa Sambueja, Senin (21/2/2022).
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, MAROS - Yayasan Hadji Kalla meresmikan bantuan reaktor biogas untuk duafa dalam Program Kampung Iklim (Proklim) 2022.

 

Program ini bekerja sama dengan Yayasan Rumah Energi yang bergerak dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat untuk lebih sadar tentang pentingnya konservasi energi melalui energi terbarukan dan gaya hidup hijau untuk menjamin ketahanan pangan dan energi.

Peresmian Program Kampung Iklim ini dilaksanakan di dua desa di Kabupaten Maros, yakni Desa Simbang dan Desa Sambueja, Senin (21/2/2022).

Baca Juga : Perkuat Komitmen Capai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Yayasan Hadji Kalla Jadi Tuan Rumah Peluncurkan PFI Chapter Makassar

Acara dihadiri oleh aparat desa setempat, Kepala Bidang Pemberdayaan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Maros, Fasilitator Yayasan Rumah Energi serta Tim Bidang Kemanusiaan, Lingkungan, dan Kesehatan Yayasan Hadji Kalla.

 

Program ini diinisiasi atas dasar krisis energi yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Jika berbicara tentang energi, bisa dilihat bahwa dalam beberapa tahun ke depan, ketersediaan energi untuk berbagai macam kebutuhan akan semakin menipis, tidak akan selalu ada. Salah satu pengaruhnya adalah penggunaan sumber daya energi yang tidak terbarukan, dalam hal ini minyak dan gas.

"Dalam lima tahun ke depan, sebagai strategi nasional, energi yang dihasilkan oleh fosil ini sudah mulai menipis dan akan digantikan oleh energi listrik. Namun ada alternatif lain yang hari ini kita coba di rumah salah satu warga Desa Simbang ini, di rumah bapak Haeruddin, yakni reaktor penghasil biogas yang bisa kita hasilkan dari kotoran hewan seperti sapi. Dengan penggunaan energi minyak dan gas yang dikurangi, maka ada konversi energi lain yang bisa membawa manfaat baru," jelas Sapril Akhmady, Manager Bidang Humanity & Enviroment Yayasan Hadji Kalla.

Baca Juga : Tindak Lanjut MoU, KALLA dan Pemkot Makassar Bahas Konsep Desain Revitalisasi Taman Hasanuddin

Fasilitator dari Yayasan Rumah Energi yang juga merupakan implementor dalam Proklim, Ros Lantara, menjelaskan, sejak tahun 2021 lalu Ia dan timnya telah melakukan banyak diskusi bersama dengan Yayasan Hadji Kalla terkait program ini. Lalu Ia mengirimkan proposal program yang ditindaklanjuti oleh Yayasan Hadji Kalla untuk membangun kolaborasi program. Program ini juga bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Maros.

"Pertama, kami lakukan survei kelayakan untuk program ini di dua desa, yakni Desa Simbang Dan Desa Sambueja, Kabupaten Maros. Pertama tentu kita lihat warga yang layak, di mana warga yang kita pilih adalah warga yang memiliki ternak sapi dalam jumlah yang cukup, 7 hingga 10 ekor atau bahkan lebih, di mana semua sapi dipelihara dalam kandang atau tidak berkeliaran. Hal itu untuk memudahkan nantinya saat kotoran sapi dikumpulkan. Setelah survei dan penentuan user (warga yang akan dibangunkan reaktor biogas), kita melakukan pra-konstruksi, letak bangunan dan penyesuaian dengan kandang sapi, lalu kemudian mulailah dilakukan pembangunan yang dikerjakan langsung oleh tukang ahli bersertifikat dari YRE. Model yang kami gunakan ini adalah model fixed dome ber-SNI,” jelas Ros Lantara.

Sementara itu, Kepala Bidang Pemberdayaan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Maros, Muhammad Yusri Rasid, megapresiasi Yayasan Hadji Kalla karena telah memilih dua desa di wilayah Kabupaten Maros untuk menjalankan Program Kampung Iklim.

Baca Juga : Yayasan Hadji Kalla Berikan Bantuan Perangkat Sound System Untuk Masjid Kubah 99 Asmaul Husna Makassar, Turut Dihadiri Jusuf Kalla

“Alhamdulillah, kami bersyukur atas program ini, tentu yang pertama adalah terima kasih kami kepada tim Yayasan Hadji Kalla yang dusah memilih desa kami untuk dijalankan Proklim ini, di mana kolaborasi dari para NGO yakni Yayasan Hadji Kalla dan YRE, bisa menjawab kebutuhan masyarakat terkait pengelolaan lingkungan. Dengan reaktor biogas yang dibangun ini, kita bisa mendapatkan sumber daya energi terbarukan dari pengolahan kotoran heawan. Kita berharap bantuan dari Yayasan Kalla ini bisa terus berkembang sampai kebanyak tempat, agar bisa menjawab kebutuhan masyarakat terkait energi untuk kebutuhan rumah tangga," tuturnya.

Haeruddin selaku user atau penerima manfaat dalam program ini mengaku senang rumahnya bisa dibanguni reaktor biogas. “Saya bersyukur sekali karena biogas ini sudah berfungsi dan kompor kami bisa menyala. Akhirnya kami tidak lagi harus menggunakan gas LPG yang harganya cukup mahal,” ungkapnya.

Haeruddin menjelaskan bahwa dalam sebulan ia menghabiskan 3 hingga 4 tabung gas LPG ukuran 3 kilogram untuk kebutuhan memasak. Harga gas LPG ukuran 3 kilogram di Desa Simbang yakni Rp25 ribu, artinya dia dan keluarga mesti menyiapkan uang Rp75 ribu hingga Rp100 ribu setiap bulannya hanya untuk membeli gas LPG.

Baca Juga : Yayasan Hadji Kalla Dapatkan Penghargaan Brand Terpopuler Kategori Lembaga Filantropi di Tahun 2024

Namun, sejak adanya reaktor biogas dibangun di rumahnya, Ia bisa menghemat uang yang sebelumnya untuk kebutuhan membeli gas, digunakan untuk kebutuhan lain dalam rumah tangga. (*)