Jumat, 04 Februari 2022 19:54
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Abraham Wirotomo. (Foto: Kantor Staf Presiden)
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Abraham Wirotomo, menegaskan pemerintah telah siap menghadapi gelombang ketiga COVID-19 varian Omicron. Bahkan sebelum terjadinya transmisi lokal dan lonjakan kasus.

 

Abraham mengatakan, ketika WHO mengumumkan Omicron sebagai Variant of Concern pada 26 November 2021, pemerintah telah sigap dan cepat memperketat karantina untuk pelaku perjalanan luar negeri. Di antaranya dengan memperpanjang masa karantina menjadi 14 hari.

"Berkat keberhasilan karantina tersebut kita bisa belajar karakteristik Omicron dengan lebih baik dari negara lain sehingga kita lebih tahu apa yang harus disiapkan," kata Abraham di gedung Bina Graha Jakarta, Jumat (4/2/2022).

Baca Juga : Tak Bisa Isolasi Mandiri, Kapolri Imbau Masyarakat Terpapar COVID-19 Dirawat Isoter

Menurutnya, Indonesia termasuk negara yang belakangan terkena Omicron, yakni negara ke-80. "Banyak negara maju yang kemasukan Omicron lebih dulu daripada Indonesia," terang Abraham.

 

Pria kelahiran Jakarta ini mengakui, ancaman gelombang ketiga COVID-19 varian Omicron adalah nyata. Pemerintah pun melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan lonjakan kasus. Mulai dari menyiapkan testing, tracing, bed, tempat isolasi, oksigen, obat, telemedisin, dan vaksin.

"Per minggu lalu, testing mencapai 351.442 per hari, tracing 10,87 rasio kontak erat, dan kesiapan bed dinaikkan dari 82.168 menjadi 150.000 tempat tidur. Untuk Isolasi terpusat ada 76.636 unit," papar Abraham.

Baca Juga : Pasien COVID-19 Varian Omicron Tunjukkan Gejala Tidak Biasa

Terkait kesiapan vaksin dan obat-obatan, Abraham merinci ada 318 juta lebih vaksin dan hampir 80 juta obat-obatan yang sudah disiapkan untuk menghadapi gelombang Omicron.

"Obat-obatan itu, Favipiravir sekitar 25 juta lebih, Remdesivir hampir 1 juta injeksi, Molnupiravir 200 ribuan kapsul, dan multivitamin sekitar 52 ribu sekian," jelasnya.

Abraham juga menekankan perlunya kesadaran masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, mengurangi mobilitas, dan suntik vaksin. "Vaksin terbukti mengurangi keparahan bila terkena Omicron. Jadi jangan ragu divaksin," seru Abraham.

Baca Juga : Vaksinasi Booster di Kota Kendari Dimulai, Wali Kota Sulkarnain Kadir Jadi Orang Pertama yang Divaksin

Tak kalah pentingnya, ucap dia, masyarakat tidak panik berlebih dan memprioritaskan rumah sakit bagi yang mengalami gejala berat, kritis, lansia, dan komorbid.

"Saya ingatkan sekali lagi, karakteristik Omicron berbeda dari Delta. Memang tingkat penularannya lebih tinggi, tapi keparahan lebih ringan," pungkas pria yang akrab disapa Bram ini. (*)