Sabtu, 31 Juli 2021 21:01
Siddiqui
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM -- Nama Siddiqui jadi tenar saat memenangkan Pulitzer tahun 2018. Siapa sangka, hidup jurnalis foto asal Denmark itu berakhir dengan berita yang menyayat hati.

 

Siddiqui tewas saat meliput bentrokan antara pasukan Afghanistan dan Taliban di distrik Spin Boldak di Kota Kandahar.

Laporan yang diterbitkan di sebuah majalah yang berbasis di AS pada Kamis mengatakan, Siddique tidak hanya terbunuh dalam baku tembak di Afghanistan. Dia ditembak secara brutal dan tubuhnya dimutilasi.

Baca Juga : Terlibat Atas Pembunuhan Khashoggi, AS Larang Masuk 76 Warga Saudi

Siddiqui (38) meninggal pada 16 Juli. Menurut laporan Washington Examiner, Siddiqui melakukan perjalanan bersama Tentara Nasional Afghanistan ke wilayah Spin Boldak untuk meliput pertempuran antara pasukan Afghanistan dan Taliban.

 

Ketika mereka mencapai sepertiga mil dari pos pabean, serangan Taliban memecah tim. Komandan dan beberapa orang terpisah dari Siddiqui, yang tetap bersama tiga tentara Afghanistan lainnya.

Dalam serangan ini, Siddiqui terkena pecahan peluru. Dia dan timnya pergi ke masjid setempat untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Baca Juga : Amerika Serikat akan Umumkan Sanksi Pangeran MBS soal Pembunuhan Khashoggi

Namun, ketika informasi menyebar bahwa seorang jurnalis berada di masjid, Taliban menyerang ke sana.

"Siddiqui masih hidup ketika Taliban menangkapnya. Taliban memverifikasi identitas Siddiqui dan kemudian mengeksekusinya serta orang-orang yang bersamanya. Komandan dan anggota timnya meninggal saat mereka mencoba menyelamatkannya," tulis Washington Examiner.

Michael Rubin, penulis senior di American Enterprise Institute, mengaku menerima kiriman foto-foto dan video tubuh Siddiqui.

Baca Juga : Rilis Laporan Intelijen, AS: Mohammed bin Salman Setujui Pembunuhan Khashoggi

"Wajah Siddiqui dapat dikenali. Saya melihat foto-foto lain dan video tubuh Siddiqui yang diberikan kepada saya oleh sebuah sumber di pemerintah India. Menunjukkan Taliban memukuli Siddiqui di sekitar kepala dan kemudian menembaki tubuhnya dengan peluru," kata Michael Rubin.

Dia mengatakan, keputusan Taliban untuk memburu, mengeksekusi Siddiqui, dan kemudian memutilasi mayatnya menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati aturan perang atau konvensi yang mengatur perilaku komunitas global.

Siddiqui memenangkan Hadiah Pulitzer pada 2018 sebagai bagian dari tim Reuters untuk liputan mereka tentang krisis Rohingya. Dia telah banyak meliput konflik Afghanistan, protes Hong Kong dan peristiwa besar lainnya di Asia, Timur Tengah, dan Eropa.

Baca Juga : Kutuk Keras Pembunuhan Jurnalis di Mamuju Tengah, Join Jeneponto Ajak Investigasi untuk Temukan Pelaku

Siddiqui dimakamkan di pemakaman Jamia Millia Islamia. Lautan pelayat berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir mereka.

Jenazahnya tiba di bandara Delhi pada malam 18 Juli dan kemudian dibawa ke kediamannya di Jamia Nagar di mana banyak orang, termasuk keluarga dan teman-temannya, berkumpul.

 

BERITA TERKAIT