RAKYATKU.COM - Sejumlah ahli penyakit menular dari berbagai belahan dunia mengkhawatirkan Negara Indonesia bisa menjadi kondisi yang ideal bagi munculnya varian baru virus corona.
Pekan lalu Indonesia sudah melewati India dan Brasil sebagai negara yang mencatat kasus positif Varian Baru Covid-19" href="https://rakyatku.com/read/202137/konsep-drive-thru-warga-makassar-antusias-ikut-vaksin-covid-19-di-gowa">Covid-19 tertinggi di dunia. Kamis kemarin Indonesia menjadi negara dengan kasus kematian Covid-19 tertinggi di dunia: 1.449 dan penambahan 49.500 kasus.
"Varian baru selalu muncul di daerah atau negara yang tidak mampu mengendalikan pandemi," ujar Dicky Budiman, epidemiolog asal Indonesia yang meneliti virus corona di Universitas Griffith Australia, dilansir dari laman Aljazeera, Jumat (23/7).
Baca Juga : Varian Baru Covid Muncul, Danny Gelar Pertemuan Darurat dan Ajak Masyarakat Makassar Terapkan 5M
"Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan jika ada 5 persen kasus positif saja dari keseluruhan tes maka kategorinya pandemi itu tidak terkendali. Di Indonesia angkanya jauh di atas 10 persen sejak 16 bulan dari mulai pandemi. Sekarang malah lebih dari 30 persen. Jadi Anda bisa bayangkan tingginya kemungkinan bisa memunculkan varian baru di Indonesia atau bahkan varian super Covid-19."
Direktur Institut Eijkman Amin Seobandrio mengatakan meski varian baru belum diketahui muncul di Indonesia namun semua harus waspada.
"Dengan melonjaknya kasus, kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan untuk segera mengidentifikasi varian baru jika muncul," kata dia.
Varian yang Diwaspadai
Virus selalu berubah lewat mutasi sampai ke gen, menciptakan varian yang lebih baru.
Dr Stuart Ray, wakil kepala data analitik dan integritas di Sekolah Kedokteran Universitas John Hopkins mengatakan varian Covid-19 selalu terdeteksi setiap pekan di seluruh dunia tapi itu adalah "sifat alamiah dari virus RNA seperti virus corona yang terus berevolusi dan berubah setiap jangka waktu tertentu."
Jika suatu virus menunjukkan kemampuan untuk menularkan dan meningkatkan jumlah kematian pasien atau yang harus dirawat di rumah sakit atau membuat vaksin menjadi lemah maka varian itu menjadi 'varian yang harus diwaspadai'.
Saat ini secara global ada empat varian yang diwaspadai: varian Alfa yang pertama terdeteksi di Inggris, varian Beta (Afrika Selatan), varian Delta (India), varian Gamma (Brasil).
Soebandrio mengatakan semua varian kecuali Gamma sudah terdeteksi di Indonesia. Indonesia sudah punya kemampuan untuk mendeteksi varian virus dalam waktu cepat. Lebih dari 3.000 genom virus sudah diteliti sejak awal tahun ini dibandingkan ketika dimulainya pandemi di Indonesia. Hasilnya varian Alfa masih menular tapi Delta sudah dominan.
Varian delta "empat hingga lima kami lebih menular daripada virus aslinya," kata Shahid Jamil, virolog terkemuka India.
Jamil mengatakan situasi di Indonesia kini mirip dengan yang terjadi pada gelombang kedua di India karena lemahnya vaksinasi. Menurut Kementerian Kesehatan RI saat ini baru delapan persen penduduk yang sudah divaksin penuh.
Bisa Menyebar Tak Terkendali
Perwakilan dari dua kelompok riset virus corona di Amerika Serikat khawatir kondisi di Indonesia bisa memunculkan virus corona varian baru.
"Makin menular virusnya di tengah masyarakat maka makin besar peluang munculnya varian baru," kata Ali Mokdad, profesor Health Metrics Sciences di Institut for Health Metrics and Evaluation di Seattle. Dia juga khawatir tentang perayaan Iduladha di Indonesia yang bisa membuat virus kian menyebar.
Dr Robert Bollinger, profesor penyakit menular di Sekolah Kedokteran Universitas John Hopkins memperingatkan, virus corona bisa terus bermutasi ke varian baru tiap kali dia menulari seseorang. Jadi risiko "munculnya varian baru di tengah masyarakat dan sejumlah negara yang angka kasusnya tinggi bisa terjadi, termasuk Indonesia."
Tapi memprediksi kapan dan di mana varian baru bisa muncul saat ini masih di luar kemampuan para ilmuwan.
"Yang saya ingin katakan, ketika virus RNA semacam ini terus tidak terkendali maka bisa memunculkan mutasi acak lebih sering dan itu bisa meningkatkan peluang munculnya varian baru," kata dia.