RAKYATKU.COM, JENEPONTO - Makam di Kampung Bo'nia, Desa Bungungloe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, yang dibongkar pihak keluarga, membuat heboh.
Itu adalah makam Galla Rahman yang rencananya dipindahkan ke dekat makam istrinya--yang merupakan pekuburan keluarga--di Kampung Gantinga, Desa Bontomatene, Kecamatan Turatea.
Pemindahan ini hanya berjarak kurang lebih satu kilometer dari makam sebelumnya. Namun, pembongkaran makam yang dilakukan pada Kamis (1/7/2021) lalu itu membuat heboh keluarga dan warga setempat.
Baca Juga : Desa Wisata Kassi Rumbia, Jadi Tuan Rumah Peluncuran Program Ekosistem Keuangan Inklusif
Setelah makam dibongkar, jasad di dalamnya tidak ada, sementara kain kafann masih utuh dan seperti kelihatan masih baru.
Pemindahan makam ini diinisiasi oleh anaknya, Prof. Sufirman Rahman, guru besar Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Prof. Sufirman menilai peristiwa ini tidaklah normal. "Ya, jadi saya kira ini memang ini di luar akal sehat ya. Bahwa ada seseorang yang meninggal lalu kemudian menghilang jasadnya," ucapnya.
Baca Juga : Pemkab Jeneponto dan PLN Punagaya Jajaki Kerjasama Pemanfaatan Limbah Bonggol Jagung
Dia berujar, "Selama ini kan saya biasa mendengar saja demikian. Tapi, ini yang keluarga hadapi adalah fakta atau kenyataan. Oleh karena itu, keluarga hanya bisa menyampaikan la haula wala quwwata illa billah. Memang Allah-lah Yang Maha Kuasa."
Dia mengaku pembongkaran makam dilakukan pekan lalu. "Kamis lalu. Tidak ada tulang belulang. Kemudian yang membongkar kuburan ini sudah biasa membongkar makam karena sudah berpengalaman selama 40 tahun," ucapnya.
Prof. Sufirman menuturkan dirinya juga menyiapkan tim medis sebanyak tiga orang untuk pembongkaran makam tersebut.
Baca Juga : Sabung Ayam di Jeneponto Berujung Tragis, 1 Tewas dan Dua Orang Kritis di Rumah Sakit
"Ada tiga orang tim medis kita siapkan. Mengapa kami siapkan karena jika tulang itu terbongkar atau terpisah maka bisa dikasih utuh kembalilah atau disatukan. Namun, setelah pembongkaran makam dilakukan dan keberadaan jasad tidak ada. Semua tim medis ya merasa heran," tuturnya.
"Kok tulangnya tidak ada, yang menurut pengalamannya itu yang namanya rambut manusia saja tidak bisa dimakan tanah. Jangankan rambut, kain kafan pun masih utuh dan putihnya itu seperti kapas," tambahnya.
Galla Rahman meninggal dan dimakamkan pada 1990 lalu atau sudah kurang lebih 31 tahun.