RAKYATKU.COM -- Bocah berusia tujuh tahun itu berkali-kali minta ampun. Oleh pelatihnya, dia dijadikan ajang latihan oleh senior-seniornya.
Bocah Taiwan bermarga Huang itu salah seorang murid judo. Berguru kepada seorang pelatih berusia 68 tahun.
Dalam sebuah sesi latihan dua bulan lalu, sang guru melatih dua murid yang lebih senior untuk membanting lawan. Huang yang lebih kecil dijadikan "korban", lawan yang dibanting.
Baca Juga : Kasus Kekerasan Anak di Gowa, Kabid Humas Polda Sulsel: 2 Orang Sudah Ditetapkan Tersangka
Dikutip dari Oriental Daily, setelah dibanting beberapa kali, Huang sudah berteriak. Meminta ampun kepada pelatihnya. Dia memberi tahu bahwa kepala dan kakinya sakit.
Namun pelatih bermarga Ho itu mengabaikannya. Dua senior terus berlatih membanting Huang. Ketika Huang enggan berdiri, pelatih yang membantingnya. Tercatat hingga 27 kali dibanting, sampai Huang tidak sadarkan diri.
Setelah itu, Huang dilarikan ke rumah sakit. Dokter mengatakan dia menderita pendarahan otak. Setelah operasi, ia mengalami koma dan memakai alat bantu hidup.
Baca Juga : 4.615 Anak Alami Kekerasan Sepanjang 2020, Lebih Separuh Terjadi dalam Rumah Tangga
Setelah mengalami koma selama dua bulan, Huang akhirnya mengembuskan napas terakhir pada Selasa malam (29/6/2021).
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Rumah Sakit Feng Yuan di Taichung, Taiwan mengatakan bahwa tekanan darah dan detak jantung Huang telah turun baru-baru ini.
Orang tuanya kemudian memutuskan untuk melepasnya dari dukungan hidup dan Huang dinyatakan meninggal.
Anggota Dewan Kota Taichung, Chen Qing-Long menyampaikan apresiasi kepada publik atas perhatian mereka atas nama ibu Huang, dengan mengatakan bahwa masalah tersebut akan diungkapkan kepada publik setelah semuanya beres.
Setelah penyelidikan pada 4 Juni, Kantor Kejaksaan Distrik Taichung menyatakan pelatih tersebut bersalah karena menyebabkan cedera serius pada seorang anak menurut Undang-Undang Perlindungan Hak dan Kesejahteraan Anak dan Remaja serta Hukum Pidana Republik Tiongkok.