Kamis, 17 Juni 2021 20:51
Kondisi anak buah kapal (ABK) MT Ocean Star yang telantar di Timor Leste.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, JENEPONTO - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), turun tangan terkait nasib anak buah kapal (ABK) yang telantar di perairan Timor Leste.

 

Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkab Jeneponto, Syafruddin Nurdin, mengatakan pihaknya akan meneruskan hal ini ke Dinas Sosial untuk dikoordinasikan.

"Saya sudah teruskan ke Kepala Dinas Sosial untuk dikoordinasikan. Insyaallah saya follow up," ujar Syafruddin, Kamis malam (17/6/2021).

Baca Juga : Pemkab Jeneponto dan PLN Punagaya Jajaki Kerjasama Pemanfaatan Limbah Bonggol Jagung

Diberitakan sebelumnya, puluhan ABK MT Ocean Star di bawah PT Niaga Sipping Internasional tengah telantar di perairan Timor Leste. Seluruhnya dari Sulsel.

 

Salah satu ABK bernama Amir Hamzah kepada Rakyatku.com mengatakan, di kapal tersebut ada terdapat 20 ABK. Mereka berangkat dari Batam pada 8 Feberuri 2021 lalu.

"Tanggal 10 Maret, saya diantar ke kapal yang letaknya di Tanjung Uban, Batam, tanggal 8 Maret kami bertolak dari Tanjung Uban menuju Wini, NTT, dan tiba pada 16 Maret 2021," kata Amir Hamzah yang merupakan warga Parrasangan Beru, Kecamatan Turatea, Jeneponto, Sulawesi Selatan, Kamis (17/6/2021).

Baca Juga : Membumikan Semangat Cinta Qur'an, Kabupaten Jeneponto Sukses Tuntaskan Program 1000 Hafidz

Namun, kata dia, selang beberapa hari di Wini, kapal diberangkatkan ke Dili Timor Leste dan tiba pada 2 April.

"Sesampainya kami tiba di Timor Leste kapal kami tidak pernah dioperasikan oleh pihak pencarter di Timor Leste. Adapun keluhan kami di kapal, pertama gaji kami sudah berjalan empat bulan tidak dibayar," terangnya.

Selain itu, suplai bahan bakar dan air tawar beserta makanan terakhir pada 11 Mei. Dan dikasih tanggal 1 Juni semua sudah habis. Sampai saat sekarang ini kami tidak disuplai lagi bahan makanan dan lainnya," akunya.

Baca Juga : Bupati Jeneponto Hadiri Rakornas Investasi 2023

"Adapun yang membantu kami, yaitu dari pihak KBRI. Itupun makanan seadanya dan tidak ada air tawar, yang ada hanya air botol kemasan untuk minum saja," sebutnya.

Dia menambahkan, air yang dipakai memasak hanya mengandalkan air hujan. Dia pun berharap perhatian pemerintah Indonesia agar dapat pulang ke kampung halaman.

"Untuk memasak kami menunggu air hujan baru kami tadah. Itulah yang kami pakai untuk memasak di kapal itupun kalau hujan turun. Kami juga berharap di sini perhatian pemerintah Indonesia agar dapat memulangkan kami ke kampung halaman. Beserta hak-hak kami yang selama kurang lebih empat bulan itu dipenuhi," harapnya.