Rabu, 09 Juni 2021 16:12
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM - Bermula dari kegemaran memelihara satwa langka dan menanam aneka buah-buahan, pria asal Bali, Zainal Tayib suskes menciptakan ekosistem habitat flora dan fauna yang terbilang langka.

 

Sekitar 50 tahun silam, Zainal memulai hobinya itu di lahan pribadinya yang terletak di pinggiran Kota Denpasar.

Dengan suasana perkebunan mirip hutan, selain memelihara berbagai jenis satwa (fauna) baik asal asli Indonesia dengan ijin KSDA dan asal luar negeri, Zainal juga menanam berbagai jenis flora yang ditata sedemikian rupa menciptakan atmosfer kehidupan flora dan fauna yang sangat indah, asri dan unik.

Baca Juga : Kunjungan Kerja ke Gowa, Mentan Ingatkan Distributor Pupuk Tak Macam-macam

Upaya pelestarian satwa langka dan koleksi tanaman buah tersebut, didanai melalui kantong pribadinya. Zainal yang juga berprofesi sebagai pengusaha bisa menjadi contoh pelopor kesehatan hewan dalam pelestarian satwa langka dan koleksi tanaman buah yang positif bagi masyarakat luas.

 

Pemeliharaan berbagai jenis satwa (fauna) merupakan kegiatan utama yang dilakukan di lokasi tersebut terutama pemeliharaan burung, baik yang berasal dari luar Indonesia atau asli/endemik Indonesia. Di antara burung endemik tersebut adalah burung Jalak/Curik Bali (leucopsar rothschildi), yang menjadi lambang dari Provinsi Bali.

"Perkembangan burung Jalak Bali ini cukup pesat dari satu tahun saya sudah berhasil mengembangbiakkan menjadi sekitar 60-70 ekor, di sini," ujar Zainal ketika ditemui di kediamanya di Bali, Selasa (8/6/2021).

Baca Juga : Mentan Andi Amran Sulaiman Apresiasi Penjabat Gubernur Prof Zudan

Zainal yang memiliki darah Bugis menyebutkan, jenis jalak lain asal Bali, juga dipelihara yaitu jalak Nusa Penida namun tidak seindah Jalak Bali tersebut. Sejumlah burung asal luar Indonesia juga dipelihara seperti merak China, merak emas, merak hijau dan lain-lain yang jumlahnya puluhan ekor. Selain bangsa burung, juga dipelihara jenis ayam jantan sekitar 400 ekor dan jenis unggas lainnya.
 
Disamping pemeliharaan satwa seperti tersebut di atas, Zainal juga mengembangkan budi daya berbagai jenis tanaman. Terdapat berbagai jenis tanaman buah-buahan serta tanaman umbi-umbian.

"Saya juga menanam beberapa tanaman buah seperti manggis, jambu boll, jeruk, papaya, semangka, rambutan, mangga, pisang, sawo dan lain-lain," sebut Zainal.

Baca Juga : Kementerian Pertanian Beri 300 Beasiswa Pengembangan SDM Sawit untuk Lulusan SMA di Sulsel

"Sedangkan umbi utama yang di tanam di sini adalah ketela pohon, talas, dan ketela rambat. Sebagian besar tanaman tersebut sudah dan sedang berbuah/berumbi," jelasnya.

Berdasarkan hasil pantauan tim Kementerian Pertanian, praktik implementasi sistem pemeliharaan satwa di lokasi tersebut, memenuhi aspek Good Breeding Practice (GBP) dan Good Farming Practice (GFP) dan sesuai kaidah prinsif-prinsif kesejahteraan hewan Animal Welfare (AW) yang sangat memadai. Demikian juga pemeliharaan tanaman memenuhi strata manajemen pertanian secara umum dengan tujuan koleksi dan produksi.

"Saya sangat mensupport apa yang Kementerian Pertanian ajarkan kepada kami untuk mengembangkan pelestariaan satwa langka di sini," ujarnya.

Baca Juga : Pejabat Bupati Wajo Hadiri Kunjungan Mentan RI di Rujab Gubernur Sulsel