Kamis, 03 Juni 2021 15:17
Tan Malaka foto: Historia
Editor : Fathul Khair Akmal

RAKYATKU.COM - Tan Malaka adalah sosok laki laki kelahiran Suliki, Sumatra Barat pada tanggal 02 Juni 1897. Tan Malaka lahir dengan nama asli Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka.

 

Anak dari pasangan Rasad Caniago dan Sinah Sinabur ini merupakan tamatan Kweekschool Bukit Tinggi pada umur 16 tahun di tahun 1913, dan dilanjutkan ke Rijks Kweekschool di Haarlem, Belanda.

Setelah lulus dari Rijks Kweekschool, Tan Malaka kembali ke Indonesia dan mengajar di sebuah perkebunan di Deli, dari sinilah Tan Malaka menemukan ketimpangan sosial di lingkungan sekitar dan muncullah sifat radikal Tan Malaka.

Dilansir dari Tan Malaka" href="https://www.kompas.com/global/read/2021/06/03/083000870/tan-malaka-dan-sepak-terjangnya-di-dunia-meski-diasingkan-negaranya?page=all">kompas.com, sosok Tan Malaka menghantui pinggiran sejarah kaum kiri di Indonesia. Dia aktif di Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masa-masa awal pergerakan, dan untuk beberapa waktu menjabat sebagai wakil Komintern (Organisasi Komunis) di Asia Tenggara.

 

Setelah keluar dari PKI, Tan Malaka muncul kembali untuk memimpin sayap militan revolusi Indonesia hingga pembunuhannya pada 1949.

Namun, banyak aspek karirnya masih samar. Helen Jarvis dalam tulisan berjudul “Tan Malaka: Revolusioner atau Pengkhianat,” berusaha menggambarkan perjalanan panjang revolusioner, putra Minangkabau ini " dari penjara ke penjara.''

Setelah menjadi pemimpin PKI pada 1921, dan semakin aktif menentang pemerintah kolonial ketika itu, Pemerintah Hindia Belanda mulai memburunya.

Pada 13 Februari 1922, dia ditangkap di Bandung dan kemudian diasingkan ke Belanda pada 24 Maret tahun itu.

Tan Malaka juga diketahui sempat menempuh pendidikan di Rijkskwekschool Belanda.

Selama menjalani masa perkuliahannya, Tan Malaka justru tertarik dan belajar banyak tentang Jerman. Dari sanalah kemudian ia memutuskan untuk mendaftar ke militer Jerman agar menjadi salah satu anggota angkatan perang. Namun, usahanya tersebut gagal karena Angkatan Darat Jerman tidak menerima orang asing.

Setelah lulus kuliah, Tan Malaka lantas kembali ke tanah kelahirannya. Di sana, ia berkesempatan untuk menerima tawaran Dr. C.W. Janssen untuk mengajar anak-anak kuli di perkebunan teh di Sanembah, Tanjung Morawa, Deli, Sumatra Utara.

Pada 7 November 1948, Tan Malaka mendirikan sebuah partai yakni partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba). Di mana, partai tersebut dibentuk dengan menganut pemahaman antifasisme, antiimperialisme, dan antikapitalisme. Selanjutnya, Tan Malaka juga membentuk sebuah pasukan Gerilya Pembela Proklamasi guna melawan Belanda. Namun, pasukan tersebut rupanya tidak didukung oleh TNI pada masa itu.

Sepak terjang Tan Malaka harus berakhir pada 21 Februari 1949. Saat itu, ia dan para pengikutnya yang dianggap berpaham kiri, akhirnya ditangkap di wilayah Kediri, Jawa Timur. Selanjutnya, Tan Malaka kemudian dieksekusi mati dan dimakamkan di lereng Gunung Wilis, Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur.

BERITA TERKAIT