Sabtu, 10 April 2021 15:57
Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Hijauan Pakan Ternak (HPT) di Kabupaten Payakumbuh.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Punya sejarah panjang sebagai warisan Belanda, dengan luas hampir 280 hektare dan populasi lebih dari 1.300 ekor sapi, Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Hijauan Pakan Ternak (HPT) di Kabupaten Payakumbuh layak menjadi "ikon" wisata baru di Sumatra Barat.

 

Bagaimana tidak, keindahan rumput hijau, bersatu dengan langit biru yang luas, ditemani sensasi udara nan sejuk ala kaki Gunung Sago, membawa para pengujung BPTU-HPT Padang Mengatas seakan berada di tengah Padang Savana-Selandia Baru.

Pernah jadi pusat pembibitan ternak sapi terbesar di Asia Tenggara, Kepala BPTU-HPT Padang Mengatas, Gigih Tri Pambudi, menyebut para pengunjung akan mendapat sensasi wisata edukasi peternakan luar biasa selama berada di Padang Savana ala Ramah Minang ini.

Baca Juga : Mentan RI Amran Tinjau Lokasi Sebelum Kunker Presiden Jokowi di Bone

“Orang bilang di sini seperti di New Zealand (Selandia Baru) jadi kami sebut di sini dengan bukit New Zealand, banyak pengunjung yang datang mulai dari anak-anak SD hingga mahasiswa, ke depan kami harapkan Balai ini bisa ditetapkan sebagai salah satu tempat edu wisata di Payakumbu," kata Gigih dalam siaran pers yang diterima Rakyatku, Sabtu (10/4/2021).

 

Sempat menjadi pusat pembelajaran peternakan dari negara tetangga, Gigih menyebut tugas dan fungsi utama balai ini adalah mendukung peningkatan populasi dan produktivitas daging sapi nasional dengan menghasilkan bibit yang berkualitas.

“Tidak hanya menghasilkan bibit yang berkualitas, ke depan, BPTU-HPT ini diharapkan bisa menjadi wisata edukasi yang maju, mandiri dan modern, tentu dengan sentuhan teknologi didalamnya," beber Gigih.

Baca Juga : Mentan Serahkan Bantuan Pertanian Senilai Rp410 Miliar untuk Bencana di Sulsel

Teknologi yang dia maksud, diharapkan dapat meningkatkan kinerja BPTU-HPT dalam mendukung pemenuhan daging masyarakat secara nasional. Lebih lanjut dia menjelaskan jenis sapi yang dikembangkan mayoritas adalah sapi simmental, yakni sapi blesteran asal Swiss yang kemudian dikawin silang dengan sapi lokal.

"Selain itu, di tempat ini juga dikembangkan sapi limousin asal Prancis yang juga telah mengalami kawin silang dengan sapi lokal, terakhir ada sapi lokal yakni sapi pesisir asli Tanah Minang," ucapnya.

Selama ini, Sumatra Barat dikenal sebagai wilayah yang memiliki pantai dan pulau kecil yang menawan dari ujung selatan hingga utara, termasuk ombak kelas dunia di Kepulauan Mentawai, Keberadaan BPTU-HPT ini seakan melengkapi pengalaman berwisata di Sumatera Barat yang juga dikenal sebagai surganya para wisatawan.

Baca Juga : Indonesia Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian dengan Iran

Untuk menjaga kualitas dan kesehatan hewan ternak, Gigih mengimbau agar seluruh pengunjung yang tengah menikmati sensasi wisata di BPTU-UPT ini agar dapat menjaga kebersihan dan fasilitas yang ada selama berada di kawasan ini.

"Kepada para pengunjung, kami harap agar selalu menjaga kebersihan selama dilokasi dan fasilitas yang tersedia, ini penting untuk menjaga kesehatan dan kualitas hewan ternak di sini," katanya.