Kamis, 08 April 2021 16:11
Editor : Fathul Khair Akmal

RAKYATKU.COM, JAKARTA - Dua komoditas perkebunan yaitu teh dan kakao semakin digandrungi kalangan milenial. Seperti halnya tren kopi yang melekat di kalangan masyarakat.

 

Tak dapat dipungkiri, selain untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup, komoditas ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Khasiatnya dirasakan langsung bagi para pecinta teh dan cokelat.

Ditambah lagi, variasi produk hasil olahan duo komoditas ini terus dikembangkan oleh para pelaku usaha perkebunan.

Baca Juga : Kunjungan Kerja ke Gowa, Mentan Ingatkan Distributor Pupuk Tak Macam-macam

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, terus mendorong pengembangan komoditas perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi tersebut dan mendukung peningkatan daya saing pertanian termasuk sektor perkebunan di pasar global.

 

Selanjutnya, Menteri Pertanian saat rapat koordinasi nasional pembangunan perkebunan bulan Januari lalu, meminta agar semua dapat melaksanakan kebijakan dan program pembangunan perkebunan 2021 yang lebih maju, lebih mandiri dan lebih modern dibanding 2020 diantaranya yang disasar adalah melalui Gerakan 3 Kali Lipat Ekspor (Gratieks). Untuk itu Direktorat Jenderal Perkebunan harus meningkatkan kerjasama dan bersinergi dengan Eselon I lainnya, Kementerian dan Lembaga lainnya, Pemerintah Daerah dan mitra lainnya.

Semua pihak harus bekerja keras di lapangan, harus mengerti, bisa dan mampu mengeksekusi kebijakan, program dan arahan dalam mengakselerasi program Gratieks.

Baca Juga : Mentan Andi Amran Sulaiman Apresiasi Penjabat Gubernur Prof Zudan

Hal senada dikatakan Dirjen Perkebunan, Kasdi Subagyono bahwa Sub Sektor perkebunan pada tahun 2020 memberikan kontribusi yang besar untuk pertumbuhan dan pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 diantaranya sebagai penyumbang neraca positif pada PDB Pertanian.

Di tahun 2021, Direktorat Jenderal Perkebunan harus terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas, produksi, nilai tambah dan ekspor serta kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Juga : Kementerian Pertanian Beri 300 Beasiswa Pengembangan SDM Sawit untuk Lulusan SMA di Sulsel

Dikatakan lagi, bahwa dalam mendukung program Gratieks, diperlukan peningkatan ekspor secara kualitas dan kuantitas, tidak hanya untuk kelapa sawit, tetapi juga untuk komoditas strategis lainnya, seperti kopi, kakao, kelapa, karet, kayu manis, lada, dan pala.

Sejalan dengan arahan Mentan dan Dirjen tersebut, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi, menyatakan bahwa pihaknya akan terus berupaya mendorong dan memotivasi para pelaku usaha perkebunan agar dapat meningkatkan kualitas dan inovasi hasil olahan komoditas perkebunan yang bermutu baik dan berdaya saing. Yang tidak kalah penting adalah melakukan pembinaan dan pendampingan bagi para petani dan pelaku usaha yang berorientasi ekspor untuk dapat memahami standarisasi ekspor yang pada akhirnya mensukseskan program Gratieks ini hingga tahun 2024.

Berkaitan dengan hal tersebut, Salah satu pelaku usaha perkebunan yang bergerak di komoditas teh asal Jawa Barat, Arafatea, saat ini sedang giat mengembangkan teh dan terus melakukan variasi olahan teh yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh, seperti teh jeruk (orange tea), cokelat teh hijau (greentea chocolate), teh biji cokelat (cacao nips tea), greentea rice cracker, teh bunga (flower tea), teh putih (white tea), teh hitam (blacktea), teh genmaicha, Matcha Latte / Greentea Latte, teh hijau pandan (pandan greentea), hingga kosmetik/skincare greentea face mask, greentea face soap, bodylotion, dan bantal leher teh (healty neck pillow) serta produk lainnya.

Baca Juga : Pejabat Bupati Wajo Hadiri Kunjungan Mentan RI di Rujab Gubernur Sulsel

Menurut Ifah pemilik Arafatea, Teh biji cokelat (cacao nips tea) telah dikembangkan sejak tahun 2019. Berawal dari silaturahmi antara petani teh dengan petani kakao sehingga saling terjalin kerjasama yang baik dan saling mendukung dalam bentuk sebuah prodak olahan kolaborasi teh dan cokelat.

"Sinergi teh dan kakao merupakan terobosan baru, karena itu asli teh dan kakao Indonesia, memakai teh premium blactea ortodok dari kebun Malabar di Pangalengan. Arafatea bekerjasama dengan petani kakao, Bapak Asep, asal Pangandaran, berupa biji kakao yang sudah di fermentasi kering, di bakar atau sanggrai," demikian disampaikan Ifah saat dihubungi tim Ditjen Perkebunan (4/3/2021).

"Respon terhadap cacao nips tea bagus sekali, karena unik rasa teh dengan aroma kakao membuat sensasi rasa khas dan menenangkan. Apalagi manfaatnya membuat tidur menjadi lebih berkualitas terutama bagi kalangan anak muda," ujarnya.

Baca Juga : Ditjen Perkebunan Kementan Tetapkan Harga Pembelian Tebu

Ifah menambahkan bahwa, Dari hulu ke hilir dikerjakan oleh kelompok tani dan inovasi oleh Arafatea.

"Sudah 1 (satu) kali ekspor ke singapura sebanyak 20.000 botol pada bulan Desember tahun 2020," tambahnya.

Tentunya di masa pandemi ini, para pelaku usaha perkebunan dihadapkan dengan berbagai tantangan. Namun hal itu tak melonggarkan semangat dan tetap terus berupaya.

Tantangan pasti ada, Lanjut Ifah. "Dengan adanya Covid-19 ini tentunya pasti terdampak, baik dari segi marketing maupun produksi menjadi tersendat. Namun kita ubah tantangan itu menjadi anugerah untuk selalu berkarya. Di awal tahun ini kita punya program mall to mall dan meningkatkan jual online. Saat ini Arafatea ada di ploting market seperti di beberapa mall di Indonesia, online shop shopee, tokopedia, ali baba, atau bisa diorder melalui media sosial khususnya Instagram, atau via Whatsapp Arafatea, bahkan bisa kunjungi langsung ke Cigadung Bandung" ungkapnya.

"Kita sekarang harus selalu semangat berjuang, tetap berpikir positif dan tetap berkarya dengan mempersiapkan produk-produk inovasi yang bermutu dan kualitas baik. Selain itu juga tetap melakukan promosi dan edukasi dalam masa pandemi covid19 ini," katanya.

TAG

BERITA TERKAIT